Selain bibit unggul, lanjut Munier, hal penting dalam bertanam coklat lainnya adalah perawatan mulai dari penyiapan lahan, pemupukan, dan pengendalian hama penyakit. Penyemprotan hama dilakukan untuk menjaga agar buah tidak busuk dan hitam katanya.
Sementara itu, upaya pengembangan kakao di Kalteng menurut Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Kalteng, Rawing Rambang, sudah dilakukan sejak tahun 1999 saat itu Kalteng telah menjadi lokasi Pengembangan Perkebunan Wilayah Khusus (P2WK) Kakao.
Namun sejak 2017, Pemerintah Provinsi Kalteng terus mengembangkan potensi pertanian dengan menganggarkan Rp1,4 miliar untuk pengembangan kakao di tiga kabupaten yaitu Barito Utara, Barito Selatan, dan Kotawaringin Timur.
Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Usaha Bersama, Hepi Erland, mengungkapkan bahwa pihaknya sangat berterima kasih memperoleh bantuan bibit unggul kakao dan akan melaksanakan petunjuk teknis untuk mengembangkan kakao di Kota Palangka Raya.
Menurutnya, kakao merupakan tanaman primer atau bahan makanan, sehingga harganya relatif stabil bila dibanding komoditas perkebunan lainnya dan pemasarannya juga relatif mudah. Harga kakao kering berkisar Rp25.000 sampai Rp30.000. (ari/bnews)