BALANGANEWS, PALANGKA RAYA – Menghadapi tantangan inflasi di tahun 2025, Gubernur Kalimantan Tengah (Kalteng), H. Sugianto Sabran, mengajak seluruh masyarakat untuk memanfaatkan pekarangan rumah sebagai langkah strategis mewujudkan ketahanan pangan keluarga.
Strategi ini bukan sekadar solusi mengatasi fluktuasi harga bahan pokok, tetapi juga sebagai upaya mendukung stabilitas ekonomi daerah secara berkelanjutan.
“Ayo masyarakat, manfaatkan pekarangan rumah untuk menanam berbagai tumbuhan kebutuhan sehari-hari,” tegas Gubernur Sugianto Sabran usai menggelar rapat koordinasi di Aula Jaya Tingang, Kantor Gubernur Kalteng, beberapa waktu lalu.
Gubernur menegaskan bahwa ketahanan pangan sejati dimulai dari rumah tangga. Masyarakat diimbau untuk tidak hanya bergantung pada pasar sebagai konsumen, tetapi juga aktif menjadi produsen bagi kebutuhan pangan sehari-hari.
“Jangan terbiasa menjadi konsumen membeli, lebih baik bekerja keras menjadi produsen,” ujarnya penuh semangat, menggugah kesadaran masyarakat untuk lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan dasar mereka.
Gubernur Sugianto Sabran menyampaikan bahwa meskipun angka inflasi Kalteng tercatat sebesar 0,28 persen (year-on-year) pada Januari 2025, lebih rendah dibandingkan rata-rata nasional, namun kewaspadaan tetap harus dijaga.
Komoditas seperti cabai rawit, cabai merah, dan daging ayam menjadi penyumbang utama inflasi di daerah ini.
“Kita harus memastikan daya beli masyarakat tetap terjaga dan inflasi stabil. Jangan hanya menjadi konsumen, tapi juga harus bisa menjadi produsen,” tegas Gubernur.
Menurutnya, dengan menanam sendiri bahan pangan seperti cabai, tomat, kangkung, bayam, hingga sayuran lainnya, masyarakat tidak hanya dapat menghemat pengeluaran harian, tetapi juga membantu menjaga kestabilan harga komoditas di pasar.
“Ini adalah langkah kecil dengan dampak besar jika dilakukan secara masif di seluruh wilayah Kalimantan Tengah,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Gubernur dua periode ini menekankan bahwa setiap keluarga memiliki peran penting dalam membangun ketahanan pangan daerah.
Memanfaatkan pekarangan rumah untuk menanam tanaman pangan sederhana, baik dengan metode konvensional maupun hidroponik, bisa menjadi solusi menghadapi lonjakan harga bahan pokok.
“Bayangkan jika setiap rumah memiliki kebun kecil atau tanaman hidroponik sederhana, dampak kenaikan harga di pasar bisa diminimalisir secara signifikan,” tambah Sugianto Sabran.
Lebih dari sekadar mengurangi beban pengeluaran, pemanfaatan pekarangan rumah juga membantu menciptakan lingkungan yang lebih hijau dan sehat. Selain itu, kegiatan ini bisa menjadi sarana edukasi bagi anak-anak untuk memahami pentingnya ketahanan pangan sejak dini.
Gubernur menegaskan bahwa upaya pengendalian inflasi dan ketahanan pangan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi membutuhkan kolaborasi dari seluruh elemen masyarakat.
Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi Kalteng terus mendorong program-program pemberdayaan, seperti pelatihan pertanian rumah tangga, distribusi bibit gratis, serta dukungan teknis bagi masyarakat yang ingin memulai pertanian di pekarangan mereka.
“Dengan semangat ini, Kalteng siap menghadapi tantangan inflasi 2025 bukan hanya dengan kebijakan pemerintah, tetapi dengan gerakan bersama seluruh lapisan masyarakat,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Bank Indonesia (BI) Kalteng, Yuliansah Andrias, menegaskan bahwa optimalisasi sektor pangan lokal menjadi fokus utama dalam menjaga stabilitas inflasi.
Peningkatan produksi beras serta komoditas strategis lainnya diharapkan mampu menjaga pasokan pangan dan mengendalikan harga di pasar.
“Optimalisasi sektor pangan lokal menjadi fokus utama. Peningkatan produksi beras dan komoditas strategis lainnya diharapkan mampu menjaga pasokan dan menstabilkan harga di pasar,” jelas Yuliansah.
Namun, Yuliansah juga mengingatkan bahwa upaya ini tidak bisa berjalan sendiri. Sinergi dan kolaborasi antara pemerintah daerah, petani, distributor, serta pelaku usaha menjadi kunci keberhasilan dalam menjaga inflasi tetap terkendali.
“Kolaborasi adalah fondasi utama. Pemerintah daerah, petani, distributor, dan pelaku usaha harus terus bersinergi agar inflasi tetap terkendali,” tambahnya.
Dengan semangat gotong royong dan partisipasi aktif seluruh masyarakat, Kalteng optimis menghadapi tantangan inflasi 2025. Ketahanan pangan bukan sekadar jargon, melainkan gerakan nyata yang dimulai dari pekarangan rumah, untuk masa depan yang lebih sejahtera. (asp)