Desa Ini Khusus Wanita, Semuanya Janda, Lelaki Dilarang Nginap

jinwar desa khusus wanita

Balanganews.com – Apa jadinya jika sebuah desa, penghuninya adalah hanya khusus wanita, yang kesemuanya berstatus janda. Tak ada laki-laki dewasa. Ya, desa itu adalah Desa Jinwar. Sebuah desa di daerah Kurdish, Suriah.

Desa Jinwar dihuni wanita-wanita yang menderita karena perang. Mereka yang tinggal di desa ini adalah para janda, korban KDRT dan korban kekerasan seksual. Mereka bersatu di satu tempat dan saling menguatkan.

Desa ini berjarak beberapa mil dari Qamishli, sebuah kota di wilayah mayoritas Kurdi di timur laut Suriah yang dibangun selama dua tahun terakhir. Sesuai aturan, laki-laki tidak bisa tinggal di sana, dilansir dari laman Independent, Kamis (22/7/2021).

Sebelumnya, Jinwar sendiri hanya menampung lima keluarga. Namun, kini tempat tersebut sudah menjadi sebuah desa yang khusus menampung para wanita yang sudah berpisah dengan suaminya beserta anak-anaknya.

Rata-rata pendatang baru di Desa Jinwar adalah wanita yang ditinggal oleh suaminya berperang melawan ISIS.

“Aku hidup dengan ISIS dan situasinya menjadi sangat sulit untuk para wanita. Aku harus selalu ditutupi dan tidak bisa melakukan apa-apa. Suamiku juga sudah lelah hidup dengan ISIS,” kata seorang wanita Arab yang punya 7 anak, dikutip dari ABC.

Wanita mana pun bisa bergabung ke desa ini. Tidak peduli etnis atau agama apa pun, yang terpenting mereka bisa saling membantu dan melindungi. Hidup mandiri, para wanita di Desa Jinwar memanfaatkan hasil alam untuk melanjutkan hidup.

Tidak ada pria dewasa yang boleh menginap di desa tersebut. Kalau pun ada keperluan, mereka hanya diperbolehkan masuk di jam-jam tertentu. Hanya ada anak laki-laki di desa tersebut.

Karena sudah nyaman dan tenang, beberapa wanita di desa tersebut mengaku tidak ingin menikah lagi.

“Kami pernah dihina dan disiksa dengan brutal oleh suami-suami kami dan oleh para militan ISIS. Apabila perempuan tidak mengenakan pakaian hitam, dia akan dicambuk. Apabila seorang perempuan memperlihatkan matanya, dia akan dicambuk. Zaman itu sudah berakhir. Kini ada demokrasi, dan kami merasakan kebebasan,” kata salah satu penduduk desa tersebut, Amira Muhammad, melansir VoA.

Amira yang suaminya terbunuh saat melawan ISIS lebih dari setahun lalu, dipaksa untuk kembali tinggal dengan orang tuanya dan menjadi sepenuhnya tergantung pada mereka.

“Saya datang ke sini karena saya memiliki lima anak dan saya tidak memiliki penghasilan atau rumah untuk ditinggali,” katanya.

“Di sini mereka memberikan banyak manfaat, seperti pendidikan untuk anak-anak dan biaya hidup mereka. Ini adalah desa yang bagus, dan yang terpenting, anak-anak saya menyukainya.”

Di tempat itu mereka bertani, dan menjual hasil panen. Kelompok itu juga bergiliran memasak dan makan semua makanan mereka bersama di dapur umum yang besar. Ada hewan untuk dirawat dan sekolah untuk anak-anak.

Desa ini secara teratur menerima pengunjung dari daerah setempat, yang datang untuk mempelajari ide-ide di balik proyek tersebut. Di Jinwar, selain para janda akibat perang, ada juga perempuan yang bercerai, dan yang memilih untuk hidup jauh dari laki-laki. (indozone/ari)