Sejak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan COVID-19 yang disebabkan oleh virus corona jenis baru menjadi pandemi pada Maret silam, cara hidup manusia kini mengalami perubahan besar. Virus SARS-CoV 2 ini mudah menyebar dan cukup berbahaya, aturan physical distancing menjadi cara efektif untuk menekan laju pertambahan kasus dan telah diterapkan hampir di seluruh belahan dunia.
Kebanyakan orang telah mampu beradaptasi dengan lingkungan dan situasi baru ini dengan cepat. Semua kegiatan kini terpaksa dilakukan dari rumah. Namun, meski manusia memiliki kemampuan adaptasi yang cepat, hal ini tidak terjadi secara instan. Perubahan-perubahan yang ditimbulkan akibat pandemi seperti penerapan segala protokol kesehatan yang membatasi ruang gerak manusia telah menguji secara mental, emosional, bahkan fisik.
Orang-orang mulai merasa terjebak dan terisolasi, cemas dan tidak yakin tentang masa depan. Hari-hari tampak sama saja, dan waktu terasa tak bermakna. Lama-kelamaan, kamu bisa mengalami kelelahan otak atau brain fog, sehingga tidak lagi bisa berpikir dengan jernih. Para ahli mengatakan, kelelahan otak adalah hal yang wajar terjadi selama pandemi, namun kamu perlu tahu mengapa hal ini bisa terjadi dan mengatasinya sendiri.
Akibat Kurang Stimulan
Meskipun kamu tinggal di Selandia Baru yang beberapa waktu lalu mengklaim negaranya bebas virus corona, tetap saja pandemi ini telah mengganggu kehidupan manusia. Kamu tidak dapat melakukan banyak kegiatan yang biasa dilakukan. Akibatnya, kamu kehilangan semua stimulan yang biasanya membuat otak tetap aktif.
Saat berada di rumah, otak tidak bekerja keras karena kamu tidak memperhatikan hal-hal dan tidak menafsirkan hal-hal di sekitar. Proses ini mirip dengan proses patah tulang. Jika kamu mematahkan lengan dan menggunakan gips, otot-otot di sekitarnya melemah dan harus melakukan beberapa terapi fisik ketika gips dipasang.
Ini mirip dengan otak, otak sedang mengalami proses yang sama, sedikit berhenti berkembang karena tinggal di rumah dan membutuhkan stimulasi fokus yang baik dan beragam untuk kembali segar.
Dipicu Stres Kronis
Joe Salinas, neurologis sensorik dan asisten profesor neurologi di NYU Langone, mengatakan gelombang stres yang terus-menerus juga memengaruhi kemampuan untuk berpikir jernih dan kritis. Kini semua berjuang melawan stres tingkat tinggi selama berbulan-bulan. Ketika stres menjadi kronis dan tidak dapat memberikan istirahat bagi tubuh dan pikiran, maka ini akan memengaruhi kinerja pembuluh darah, jantung, dan otak, serta meningkatkan risiko gangguan kognitif.
Setelah beberapa waktu, hippocampus (bagian otak yang terlibat dengan memori dan pembelajaran) telah berhenti berfungsi secara efisien. Akibatnya, kamu merasa kesulitan untuk menerima informasi dan mengingat informasi. Hal ini mengganggu proses ingatan, konsentrasi, dan keterampilan berpikir kritis. Tidak heran jika kamu merasa begitu kelelahan.
Tenang, Ada Cara untuk Atasi Kelelahan Otak
Manusia memang pada dasarnya adalah makhluk yang aktif. Menjadi terisolasi dan mandek untuk waktu yang lama jelas akan berdampak pada kesehatan. Semakin lama isolasi ini dilakukan maka semakin banyak orang yang cenderung menjadi kesusahan, kesedihan, mati rasa emosional, dan kelelahan otak.
Jika kamu masih melakukan sebagian besar aktivitas dari rumah, maka cobalah untuk membuat jadwal dan rutin untuk membantu menghindari kondisi stagnan. menciptakan rutinitas aktif adalah kunci mengatasi kelelahan otak. Saat kamu terjebak di rumah, maka kamu harus menemukan cara untuk merangsang pikiran.
Kamu bisa olahraga seperti berjalan, joging, lari, angkat beban , senam, yoga, atau apa pun. Selain itu, kamu juga bisa mengasah otak dengan bermain teka-teki atau bermain game supaya pikiran tetap tajam. Ini karena otak mirip seperti otot yang perlu dilatih.
Bicaralah dengan teman dan keluarga secara virtual, berkreasilah dalam memasak, dan cobalah berkebun. Berikan otak tantangan yang dibutuhkan, dan berikan waktu untuk istirahat. Setelah itu, perhatikan otak dan bagaimana perasaan yang kamu alami. (halodoc)