BALANGANEWS, PALANGKA RAYA — Lapas Perempuan Kelas IIA Palangka Raya semakin serius memperkuat kesiapsiagaan menghadapi situasi darurat.
Hal ini terlihat melalui pelaksanaan simulasi penanggulangan kedaruratan bencana yang digelar Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas), yang melibatkan secara langsung petugas pemasyarakatan dan warga binaan, Jumat (14/11/2025).
Kegiatan latihan ini menjadi langkah strategis bagi Lapas Perempuan, mengingat tingginya kerentanan bencana pada lingkungan tertutup, terutama yang dihuni oleh perempuan dengan kebutuhan perlindungan yang lebih kompleks.
Simulasi dirancang berdasarkan skenario konsleting listrik yang memicu kebakaran di beberapa blok hunian.
Aliran listrik yang terputus, puluhan warga binaan terjebak, serta potensi kepanikan massal menjadi bagian dari skenario yang diuji dalam latihan tersebut.
Kondisi tersebut dirancang sedekat mungkin dengan situasi riil untuk memastikan setiap petugas mampu menjalankan tugas penyelamatan dengan cepat, cermat, dan tetap menjaga keamanan lapas.
Kepala Sub Seksi Operasi Basarnas, Maulana Abdillah, menegaskan bahwa simulasi di Lapas Perempuan memiliki tantangan tersendiri.
“Lingkungan lapas memiliki tantangan berbeda dalam operasi penyelamatan karena ruang gerak terbatas dan keamanan harus tetap dijaga. Simulasi ini kami rancang sesuai kondisi riil agar semua pihak siap bertindak cepat dan terkoordinasi,” ujarnya.
Pada sesi latihan, tim Basarnas melakukan evakuasi korban yang terjebak reruntuhan menggunakan peralatan ekstrikasi ringan. Di sisi lain, unit firefighting fokus memadamkan titik api di area dapur umum dan blok hunian yang dilanda kebakaran.
Petugas Lapas Perempuan turut berperan penting dengan mengamankan jalur evakuasi dan memastikan seluruh warga binaan diarahkan menuju titik kumpul aman di dalam kompleks lapas.
Kepala Lapas Perempuan Palangka Raya, Hani Anggraeni, menyampaikan apresiasi mendalam atas dukungan Basarnas yang dinilai sangat membantu peningkatan kesiapsiagaan di satuannya.
“Kami sangat terbantu. Simulasi ini menjadi pengingat bahwa lapas bukan hanya tempat pembinaan, tetapi juga area yang harus siap menghadapi bencana. Petugas Lapas Perempuan Palangka Raya mendapatkan pengalaman penting bagaimana melakukan pengamanan sekaligus penyelamatan,” katanya.
Hani menegaskan bahwa kesiapan personel lapas dalam menghadapi darurat sangat penting, mengingat kondisi fisik bangunan lapas perempuan memiliki karakteristik berbeda dibanding lapas umum.
Selain itu, aspek psikologis warga binaan perempuan juga menjadi perhatian dalam manajemen evakuasi agar tidak menimbulkan kepanikan yang lebih besar.
Selain petugas, warga binaan yang mengikuti simulasi juga mengaku merasa lebih paham terhadap prosedur penyelamatan. Mereka menyatakan komitmen untuk ikut menjaga keamanan lingkungan, terutama ketika situasi krisis terjadi secara tiba-tiba.
Dengan adanya latihan ini, Lapas Perempuan Palangka Raya berharap mampu memperkuat kapasitas internal, baik dari sisi pengamanan maupun penyelamatan jiwa sebagai bagian dari standar keselamatan di lembaga pemasyarakatan.
Pihak lapas bersama Basarnas juga berencana menindaklanjuti latihan ini dengan evaluasi menyeluruh untuk memperbaiki SOP kedaruratan ke depannya. (asp)










