BALANGANEWS, PALANGKA RAYA – Keberadaaan pemuda yang berkualitas dalam suatu waktu dan tempat atau daerah merupakan suatu keuntungan, Perubahan ke arah yang lebih baik diharapkan dapat tercipta seiring diberdayakannya pemuda di segala aspek pembangunan suatu daerah.
Penduduk Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2018 yang tercatat di dalam buku proyeksi penduduk Indonesia 2015-2045 adalah sebanyak 2.612.600 jiwa dengan rasio ketergantungan sebesar 40,95 persen.
Rasio Ketergantungan di bawah 50 persen merupakan indikator bahwa Provinsi Kalimantan Tengah sedang menikmati bonus demografi ditengah-tengah era disrupsi 4.0, Kondisi serupa diproyeksikan akan berlangsung hingga tahun 2023 dan selayaknya dijadikan momentum bagi pemerintah dalam menggenjot pembangunan Provinsi Kalimantan Tengah karena hanya terjadi sekali seumur hidup.
Hal tersebut disampaikan oleh Novia Adventy Juran, Founder Forum Pemuda Kalimantan Tengah (FORPEKA) pada Jum’at (31/12/2021).
Selain itu, Dirinya menambahkan pemuda sebagai generasi penerus masa depan bangsa dalam era yang semakin berkembang terlebih memasuki era Revolusi Industri 4.0, pemuda menjadi harapan pembangunan dan penatalaksanaan bangsa. Pemerintah Indonesia terus berusaha mengembangkan segenap potensi melalui penyadaran, pemberdayaan, dan pengembangan kepemudaan di segala bidang sebagai bagian dari pembangunan nasional dan daerah. Dalam konteks Kalimantan Tengah terkhususnya pemuda Dayak era ini menjadi tantangan tersendiri momentum ini adalah peluang sekaligus juga tantangan bagi komunitas Pemuda Dayak di Kalimantan Tengah.
“Jika kita melihat dalam konteks jenis model bisnis dan pekerjaan di Indonesia sampai ke daerah Kalimantan Tengah maka kita akan melihat dampak dari arus era digitalisasi salah satunya taksi atau ojek tradisional sudah mulai dengan moda-moda berbasis online, oleh karena itu tantangan skill serta strategi menghadapi era digital harus berorientasi pada komitmen peningkatan investasi, learn by doing, peningkatan digital skill bagi era digital di masa depan dan menyusun kurikulum pendidikan yang memasukan materi terkait human-digital skills”, Jelas Novia.
Lebih lanjut, Revolusi industri memasuki era 4.0 serta siklus inovasi semakin pendek contoh distribusi yang menantang kondisi saat ini yang berada di indonesia yakni perusahaan transportasi terbesar tanpa kendaraan (grab, gojek), perusahaan telekomunikasi terbesar tanpa infranstruktur jaringan (WhatsApp, wechat), perusahaan retail terbesar tanpa store konvensional (tokopedia, bukalapak), movie house terbesar tanpa theater (netflix), broadcaster terbesar tanpa stasiun tv, dan social terbesar tanpa konten.
“Pada tahun 2022 nanti Forpeka ingin terus mendorong partisipasi dan peran strategis kelompok Pemuda Kalteng melalui berbagai kegiatan dan pelatihan berbasis pendidikan karena pemuda Kalteng merupakan bagian integral dari bangsa Indonesia yang multikultural diharapkan mampu bertarung dalam era globalisasi ini tidak hanya menjadi petarung tetapi mampu memainkan peran nya sebagai sesama anak Bangsa Indonesia memberikan kontribusi positif, masukan konstruktif serta “lagacy” yang membanggakan bagi Indonesia terkhusus nya masyarakat Dayak. Pemuda Dayak harus melakukan konsulidasi dalam rangka menempatkan diri sebagai subjek di era globalisasi pembangunan yang semakin massif”, Jelas Founder Forpeka, Novia.
Dirinya juga berharap, kiranya Forpeka menjadi organisasi yang dapat bersahabat dengan zaman terus meningkatkan kapasitas, kompetensi, dan partisipasinya ditengah arak-arakan perjuangan dengan demikian FORPEKA dan Pemuda Kalteng dapat merespon berbagai persoalan masyarakat dan juga membaca tanda-tanda zaman dengan kritis dan konstruktif serta mampu menjadi gerbong inspirasi yang membawa perubahan di dalam setiap atas pergerakannya. (asp)