BALANGANEWS, PALANGKA RAYA – Organisasi nirlaba FoodCycle Indonesia yang bekerja untuk mendistribusikan, memproses, dan mendaur ulang surplus makanan dari berbagai tempat yang layak dan bagus untuk membantu mereka yang membutuhkan.
Karena, berdasarkan penelitian yang dilakukan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) pada 2021, potensi sampah yang dihasilkan dari sampah makanan (food waste) dan makanan yang terbuang sebelum diolah (food loss) di Indonesia 23-48 juta ton per tahun pada 2020-2019. Angka itu setara dengan 115-184 kilogram per kapita per tahun.
Untuk itulah, FoodCycle Indonesia mengajak Pemerintah Daerah (Pemda) Kalimantan Tengah untuk bekerjasama untuk mengelola hal tersebut untuk mengurangi food waste dan food loss, yang nantinya makanan yang bagus dan layak makan, diambil, dan digunakan untuk membantu mereka yang kelaparan.
Cogito Ergo Sumadi, General Manager FoodCycle Indonesia mengatakan, terbentuknya organisasi ini pada dasarnya bertujuan untuk ingin mengurangi sampah makanan dan membantu kelaparan di Indonesia, khususnya untuk anak-anak, karena jika mereka kekurangan gizi nantinya bisa mempengaruhi kecerdasan dan berdampak untuk masa depan bangsa termasuk stunting.
“FoodCycle ini sebelumnya berawal dari sepasang suami istri, yaitu Herman dan Astrid yang melihat kalau ada acara pernikahan melihat adanya makanan berlebihan yang akhirnya terbuang, untuk mengantisipasi hal tersebut pihaknya bekerjasama agar makanan tersebut tidak dibuang tetapi dibagikan kepada mereka yang membutuhkan,” jelasnya di Palangka Raya, Sabtu (15/10/2022).
Selain itu, ia menjelaskan, dari berdirinya FoodCycle Indonesia sampai dengan September 2022 pihaknya sudah mendistribusikan lebih dari 700 ton dari makanan berlebih kepada lebih dari 90 yayasan atau komunitas yang menangani masyarakat yang kurang mampu atau masyarakat yang termarjinalkan.
Tambahnya, sejak tahun 2021 FoodCycle Indonesia sudah mengembangkan kegiatan sosialnya tersebut di berbagai daerah, tidak hanya di Jabodetabek saja, melainkan keluar Jabodetabek seperti Bandung, Surabaya, Semarang, Purwokerto, Boyolali, Yogyakarta, Bali dan Wilayah Sumatra.
Untuk itu, Cogito Ergo Sumadi berharap kepada Pemerintah Daerah Kalteng agar bisa bekerjasama dengan pihaknya FoodCycle Indonesia, yang nantinya bisa membuat suatu seperti bisnis matching bersama dengan perusahaan bergerak di bidang ritel, event bisnis, event organizer yang ada di Kalimantan Tengah untuk tidak membuang surplus makanannya, tetapi mendonasikannya.
“Jadi nanti kalau sudah ada MoU bersama dengan Pemerintah Daerah Kalimantan Tengah terutama Dinas Ketahanan Pangan Kalteng dimana nanti bisa membuat suatu seperti bisnis matching bersama dengan perusahaan bergerak di bidang ritel, eventbi, eventsizi yang ada di Kalimantan Tengah untuk tidak membuang surplus makanannya, tetapi mendonasikan makanannya kepada mereka yang membutuhkan,” harapnya.
Sambungnya, untuk menerima donasi tersebut pihaknya berharap juga agar Pemerintah Daerah bisa memfasilitasi tempat untuk mengirimkan donasi makanan tersebut, dan juga dikelola oleh orang-orang yang ada di daerah tersebut, yang nantinya bekerjasama dengan yayasan di daerah untuk menyalurkan donasinya.
“Jadi tidak hanya sembarang orang yang menerima donasi tersebut, tetapi kita verifikasi, dan itu tugasnya FoodCycle memastikan bahwa orang yang kita berikan donasi memang orang yang membutuhkan, dan yang pasti membutuhkan adalah yang bergerak di bidang yayasan atau panti,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Kalteng, Riza Rahmadi menanggapi hal tersebut, dikatakan Riza, bahwa sesuai dengan tema dalam memperingati Hari Pangan Sedunia melalui Badan Pangan Nasional, yaitu Cegah Food Waste (sampah makanan) dalam rangka krisis pangan.
“Berdasarkan data Economist Intelligence Unit secara global ada sebanyak sekitar 1,3 miliar ton makanan terbuang setiap tahunnya, dan Indonesia merupakan penyumbang sampah terbesar kedua di dunia,” ucap Riza.
Selain itu, sambungnya, berdasarkan kajian Badan Pangan Nasional, food waste dan food loss di Indonesia pada tahun 2000 sampai 2019 berkisar antara 23 sampai 48 juta per tahunnya.
“Jadi keberhasilan food waste memerlukan komitmen dan kolaborasi kita semua, baik akademisi, bisnis, pemerintah dan komunitas untuk hal tersebut. Kita coba di Provinsi Kalimantan Tengah promosikan pemanfaatan pangan yang berpotensi food waste ini,” tandas Riza Rahmadi. (asp)