Cerpen: Pintu Misterius di Dalam Hutan

Ilustrasi (Sumber: shutterstock)

Setiap hari, Mawan selalu masuk ke dalam hutan untuk mencari bermacam buah-buahan yang bisa ia makan. Lelaki itu hidup hanya bersama dengan ibunya di satu-satunya rumah di daerah itu. Karena kehidupan mereka yang semakin susah, Mawan memutuskan untuk memasuki hutan lebih dalam hari itu untuk mencari kayu bakar agar ia bisa mendapatkan penghasilan yang lebih.

Sebelum ia pergi, ibunya sempat berpesan agar Mawan berhati-hati saat berada di hutan, karena berdasarkan kisah turun temurun keluarganya, dahulu kala di dalam hutan itu ada sebuah pintu misterius yang hanya terlihat setiap 100 tahun sekali. Tak hanya itu, ibunya juga mengatakan bahwa pintu itu dapat mengeluarkan suara serta melenyapkan manusia. Mendengar cerita sang ibu yang tak masuk akal itu, Mawan pun tertawa dengan terbahak-bahak sambil menggelengkan kepalanya. Ia mengabaikan semua yang sudah disampaikan oleh ibunya.

Satu jam setelah itu, Mawan pun berangkat dengan membawa beberapa rantang makanan yang akan menjadi bekalnya jika kelaparan di dalam hutan. Ketika kakinya mulai memasuki hutan, Mawan kembali memikirkan sesuatu, tentang pintu yang diceritakan penuh penekanan oleh sang ibu. Namun, ia berusaha untuk menepis itu semua karena memang pada dasarnya ia tidak mempercayai adanya kisah pintu misterius yang dapat berbicara juga mampu melenyapkan seseorang.

Malam pun kian larut, Mawan mengistirahatkan diri dengan sandaran lelahnya di sebuah pohon besar. Ketika memutuskan untuk tidur, tiba-tiba cahaya terang terlihat di depannya. Mawan menyipitkan kedua matanya berusaha untuk melawan keras cahaya menyilaukan itu. Betapa terkejutnya Mawan, cahaya itu seolah sedang membentuk sebuah pintu yang sangat besar. Mawan menggosok kedua matanya seolah tak percaya dengan apa yang ia lihat detik itu.

Mawan pun bangkit dan secara perlahan melangkahkan kakinya untuk mendekati pintu terang yang misterius itu, namun, lagi-lagi Mawan tersentak setelah mendengar bahwa pintu itu memulai bicaranya dengan keras sampai-sampai menghadirkan gema.

“Hai, anak muda, mengapa kau ada di sini?” pintu itu pun semakin membesar.

“Mmm, aku… aku sedang mencari kayu bakar untuk dijual,” jawab Mawan dengan terbata-bata.

“Hahahhaa,” suara pintu itu menggelegar, “kau sangat beruntung karena bisa bertemu denganku saat ini.” Kembali suara itu menggema.

“Apakah yang aku lihat ini nyata?” tanya Mawan.