Malam itu, si kuntilanak naik ke atas pohon besar tak jauh dari sebuah jalan setapak, wajahnya nampak kesal dikarenakan baru saja diusir oleh si pocong dari tempat tongkrongan. Diusirnya si kuntilanak malam itu tersebab ia sangat sering mengajak teman-teman seperhantuannya bergosip.
Malam kemarin, ia menjelekkan si suster ngesot yang tak pernah lagi bergabung di tempat tongkrongan setelah pindah ke tempat angker yang jauh lebih aesthetic. Sebelumnya ia juga pernah menjelekkan si tuyul, katanya setelah punya banyak uang, si tuyul sudah melupakan teman-teman baiknya.
Dan malam itu menjadi puncak kemarahan si pocong, karena ia tak sengaja mendengar si kuntilanak yang mengatakan bahwa kapas yang menutupi kedua hidung si pocong adalah kapas kecantikan yang ia curi dari dirinya.
Tak terima mendengar segala fitnah tersebut, akhirnya sang pocong pun mengusir kuntilanak. Kemarahan si pocong sudah sangat di luar batas. Seandainya ia bisa menendang si kunti, maka ia akan melakukan itu.
Namun, si pocong sadar. Yang mampu ia lakukan ketika marah hanyalah menciptakan mata yang melotot dan tetap tegak berdiri agar tidak terguling-guling.
Si kuntilanak pun termenung sendirian di tempat barunya,