Andai jalanan kota mampu bersuara
Mungkin ia sudah seperti induk yang memarahi anaknya
Dengan nada penuh amarah
Tapi tak terjebak dalam ego yang parah
Namun hanya melampiaskan segala yang menggumpal
Seolah hendak melelehkan asa yang kental
Pada roda angkutan yang melintas
Juga pada setiap sudut yang menghadirkan bising
Entah pukul berapa…
Ia menggaruk-garuk kepala…
Ibarat satu dari sekian ribu
Memarahi semuanya, apakah ia mampu?
Kemudian pasrah pada keadaan
Kalimat demi kalimat dalam rangkuman
Yang tak pernah berhasil disampaikan
Perihal satu persen sisa kekuatan
Kemudian sadar diri…
Ia bukan seseorang yang mampu berdiri…
Iba rasanya…
Bagaimana jika semua benda mati diberi kesempatan untuk bicara?
Mungkin tak cukup waktu sehari untuk mendengarnya
Untunglah aku sebagai manusia
Yang sanggup bersuara kala banyak hal yang tidak kusuka
Untunglah aku bukan jalanan kota…
Palangka Raya, 2021