Puisi: Bagaimana Nanti?

Kini sejenak terdiam dalam lamun
Kadang kala pilu mengganggu renung
Kepala mengingat ragam hal tentang hidup
Pahit dan juga manis yang terurut

Kuanggap paling terpuruk dalam sekali terjatuh
Kurasa makhluk paling menyedihkan sedunia
Aduhai, mengapa begitu lemah?
Bagaimana nanti?

Ya, bagaimana nanti?
Saat jalanan penuh duri
Dan bebatuan menyakiti langkah kaki
Diri yang dianggap lemah kembali merasa kalah

Ya, bagaimana nanti?
Saat hujan badai menerpa
Bagaimana nanti?
Saat perjalanan tak tentu arah?

Tentu, usaikan segala rasa runtuh
Tepiskan rasa yang selalu hampir pupus
Kekuatan tak terputus
Terkait nanti, semoga resah tak terulangi
Palangka Raya, 2021