BALANGANEWS, KASONGAN – Memasuki musim kemarau di Kabupaten Katingan saat ini akibatnya Daerah Aliran Sungai (DAS) Katingan kian hari semakin dangkal. Akibatnya, bukan debit airnya saja yang berkurang, tapi kecepatan arusnya pun tidak senormal biasanya.
Lantaran dangkalnya DAS Katingan itu pula lah, sehingga ribuan bibit ikan yang dikelola secara swadaya yang menggunakan keramba oleh sebagian masyarakat Katingan, utamanya di kampung Banjar Kelurahan Kasongan Lama selama beberapa hari ini mati mendadak.
Amang Ijai, salah seorang pembudidaya ikan Nila, saat dikonfirmasi, Senin pagi (29/7/2024) tadi, di kediamannya membenarkan bahwa, dalam tiga hari ini sudah 15 ribu ekor bibit ikan Nila yang berusia sekitar 10 hari mati mendadak.
“Satu harinya mengalami kematian bibit ikan Nila di keramba milik saya sekitar 5.000. Dalam tiga hari ini mengalami kematian sekitar 15.000 ekor,” kata Amang Ijai, seraya menyebutkan nilai kerugiannya sekitar Rp 1 juta per 5.000 ekor.
Begitu pula milik tetangga yang seprofesinya menurutnya, juga mengalami hal yang sama. Bahkan bukan hanya bibit ikannya saja, tapi sebagian ada pula yang sudah berusia sekitar dua bulan yang mengalami kematian.
Penyebab sementara menurutnya lantaran dangkalnya DAS Katingan, yang kian hari semakin surut itulah, sehingga pergerakan arus airnya pun semakin lamban.
“Sehingga, ikan-ikan Nila piaraan kami di keramba sudah tiga hari ini mengalami kematian,” terangnya.
Sehubungan dengan itu, dirinya berharap kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Katingan, melalui dinas terkait dapat kiranya memberikan arahan dan saran, bagaimana cara mengatasinya.
“Sehingga, bibit ikan-bibit ikan yang lainnya tidak mengalami seperti yang ada saat ini,” harapnya.
Di tempat terpisah, kepala Dinas Perhubungan dan Perikanan (Dishubkan) Kabupaten Katingan, Drs Roby, M.AP, saat dikonfirmasi terkait kematian ribuan bibit ikan Nila yang terjadi di kampung Banjar itu, mengaku baru tahu sekarang.
“Meskipun baru mengetahui dari dan belum menerima laporan langsung dari pembudidaya ikan keramba, namun dirinya merasa prihatin atas kematian ribuan ikan yang dibudidaya masyarakat kita itu,” aku Roby.
Terkait dengan penyebabnya menurut Roby, selain lantaran kian surutnya air di DAS Katingan selama dua pekan ini, juga diduga lantaran kualitas airnya kurang mendukung (tidak baik).
“Saat debit air dalam keadaan normal saja, tidak jarang ikan-ikan yang dipelihara di dalam keramba itu yang mati, apalagi di saat arus air tidak normal seperti sekarang ini,” kata Roby.
Terkait hal ini, dirinya menurutnya sudah beberapa kali mengimbau kepada masyarakat pembudidaya ikan keramba dengan menggunakan keramba, jika di musim kemarau tiba dan debit air di DAS Katingan mulai menurun, sebaiknya istirahat dulu memelihara ikan di dalam keramba.
Selanjutnya, untuk menyikapi kematian ribuan bibit ikan yang terjadi saat ini, dirinya menyarankan kepada semua pembudidaya ikan keramba di Kampung Banjar dan di mana pun juga, jika masih ada bibit ikan yang masih hidup agar dialihkan dulu ke dalam kolam (tempat) khusus.
“Hal ini untuk menghindari bertambah banyaknya kematian ikan tersebut yang berdampak terjadinya kerugian bagi pembudidaya ikan di dalam keramba itu sendiri,” saran mantan kalaksa BPBD ini. (abu)