Siklus Menstruasi: Fase-Fase yang Wajib Diketahui

Siklus menstruasi adalah serangkaian perubahan yang terjadi secara alami dalam tubuh wanita setiap bulannya. Meski menjadi bagian normal dari kehidupan, tidak semua wanita memahami fase-fase yang terjadi selama siklus ini.

Padahal, mengetahui fase-fase siklus menstruasi sangat penting. Tidak hanya untuk memahami tubuh sendiri, tetapi juga untuk menjaga secara keseluruhan.

Hormon yang Berperan dalam Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi terbagi menjadi beberapa fase yang dipengaruhi oleh lima jenis hormon penting dalam tubuh. Berikut hormon-hormin yang berperan dalam siklus menstruasi.

1. Estrogen

Estrogen adalah hormon yang dihasilkan oleh ovarium dan memiliki peran krusial dalam proses ovulasi.

Selain itu, hormon ini juga berkontribusi pada perubahan tubuh selama masa pubertas dan membantu pembentukan kembali lapisan rahim setelah menstruasi.

2. Progesteron

Hormon ini bekerja sama dengan estrogen guna menjaga keseimbangan siklus reproduksi serta mendukung .

Progesteron juga diproduksi di ovarium dan penting dalam proses penebalan dinding rahim.

3. Hormon Perangsang Folikel (Follicle Stimulating Hormone, FSH)

Selanjutnya ada FSH yang bekerja mematangkan sel di ovarium hingga siap untuk dilepaskan. Hormon ini diproduksi oleh kelenjar pituitari yang berada di bawah .

4. Hormon Lutein (Luteinizing Hormone, LH)

Mirip dengan FSH, hormon LH juga diproduksi oleh kelenjar pituitari yang ada di bawah otak.

5. Hormon Pelepas Gonadotropin (Gonadotropin-Releasing Hormone, GnRH)

GnRH adalah hormon yang dihasilkan oleh otak dan berperan penting dalam merangsang tubuh untuk memproduksi FSH dan LH. Fungsi utamanya memengaruhi pematangan dan pelepasan sel telur.

Fase dalam Siklus Menstruasi

Setelah mengetahui hormon-hormon yang berperan dalam siklus menstruasi, kamu perlu memahami fasenya.

Secara umum, siklus menstruasi terbagi menjadi tiga fase utama, yaitu fase menstruasi, fase praovulasi dan ovulasi, serta fase pramenstruasi. Berikut tahapan-tahapannya:

1. Fase Pertama

Pada fase pertama ini adalah menstruasi yang normalnya berlangsung selama 3–7 hari.

Selama fase menstruasi, lapisan dinding rahim serta sel telur yang tidak dibuahi akan meluruh menjadi darah menstruasi.

Volume darah yang keluar selama menstruasi umumnya berkisar antara 30-40 ml.

Pada tiga hari pertama, perdarahan cenderung lebih banyak. Selama periode ini, banyak wanita merasakan atau nyeri pada panggul, perut, dan punggung.

Nyeri ini disebabkan oleh kontraksi rahim akibat peningkatan hormon prostaglandin.

Meskipun menimbulkan rasa sakit, kontraksi tersebut sebenarnya bertujuan untuk mengeluarkan lapisan dinding rahim yang meluruh sebagai darah menstruasi.

Selain itu, wanita yang sedang menstruasi mungkin mengalami gejala lain seperti perubahan suasana hati, , dan peningkatan atau penurunan nafsu makan.

2. Fase Kedua

Setelah menstruasi selesai, wanita akan memasuki fase praovulasi. Selama waktu ini, lapisan dinding rahim yang telah meluruh akan kembali menebal sebagai persiapan jika terjadi pembuahan oleh sperma.

Pada saat ovulasi, folikel dominan akan pecah dan melepaskan sel telur yang kemudian bergerak menuju rahim melalui tuba falopi.

Sel telur ini dapat dibuahi dalam waktu 24 jam setelah dilepaskan.

Untuk meningkatkan peluang kehamilan, kamu bisa berhubungan intim dengan pasangan selama fase ini atau sebelum ovulasi. Sebab, fase ini adalah waktu terbaik untuk terjadinya pembuahan.

Sperma dapat bertahan di dalam rahim selama sekitar 3–5 hari. Masa subur wanita biasanya terjadi sekitar 14 hari setelah hari pertama menstruasi.

Namun, perkiraan waktu ovulasi dapat bervariasi antara satu wanita dengan yang lain, terutama bagi yang memiliki siklus menstruasi tidak teratur.

3. Fase Ketiga

Memasuki fase ketiga, lapisan dinding rahim semakin menebal. Hal ini disebabkan oleh pembentukan korpus luteum dari folikel yang pecah.

Korpus luteum ini adalah jaringan yang terbentuk di ovarium dan berperan dalam memproduksi hormon progesteron yang memperkuat penebalan dinding rahim.

Jika pembuahan tidak terjadi, wanita akan mulai merasakan gejala pramenstruasi atau PMS, seperti perubahan emosi yang tidak stabil dan gejala fisik seperti , pusing, kelelahan, atau perut kembung.

Seiring dengan tidak terjadinya pembuahan, korpus luteum akan mengalami degenerasi dan berhenti memproduksi progesteron.

Akibatnya, kadar progesteron dan estrogen menurun, menyebabkan lapisan dinding rahim meluruh dan menstruasi kembali dimulai.

Fase-fase dalam siklus menstruasi ini biasanya terjadi secara teratur setiap bulan.

Namun, jika mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur, menstruasi yang berlangsung lebih dari 7 hari, atau tidak mengalami menstruasi selama 3 bulan berturut-turut, sebaiknya konsultasikan dengan dokter. (Halodoc)