BALANGANEWS, PALANGKA RAYA – Dinas Ketahanan Pangan Prov. Kalteng melaksanakan kegiatan Gerakan Diversifikasi Pangan Lokal Tahun 2021 (Festival Pangan) bertempat di Aula Dinas setempat, Selasa (2/11/2021). Kegiatan yang diikuti oleh 25 orang dari KWT P2L Kota Palangka Raya dan 4 UMKM PIPL Pangan Lokal ini, diisi dengan rangkaian acara sosialisasi diversifikasi pangan lokal B2SA dan menampilkan beberapa hasil olahan pangan lokal dari UMKM PIPL binaan Dinas Ketahanan Pangan Prov. Kalteng.
Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan bagi Ibu-Ibu, khususnya Kelompok KWT P2L dalam diversifikasi pangan bagi rumah tangga. Selain itu juga, bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan bagi masyarakat tentang pentingnya penganekaragaman konsumsi pangan bagi keluarga.
Dalam sambutannya, Plt. Kepala Dinas Ketahanan Pangan Prov. Kalteng Lilis Suriani menyampaikan bahwa saat ini ketahanan pangan merupakan topik yang sering diperbincangkan oleh berbagai pihak sebagai konsekuensi dari penyebaran Covid-19 yang semakin meluas. Konsumsi pangan sebagai salah satu sub sistem yang mendukung ketahanan pangan menjadi salah satu issue yang perlu mendapat perhatian terkait dengan berapa banyak dan jenis pangan yang harus disediakan dan atau diproduksi di dalam negeri.
Pandemi Covid-19 yang masih terjadi saat ini telah membawa dampak pada berbagai lini kehidupan masyarakat. Kebijakan Perberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dengan skala level yang berbeda tiap daerah membuat intensitas kehidupan sosial menjadi menurun, karena relasi sebagai dasar kehidupan berekonomi dibatasi. Penurunan atau bahkan kehilangan sumber pendapatan pada akhirnya akan berujung pada perubahan struktur pengeluaran rumah tangga sebagai bentuk coping strategy, salah satunya adalah penurunan kuantitas ataupun kualitas konsumsi pangan. Kondisi ini memberikan tantangan serius bagi kebijakan pangan untuk mencegah terjadinya krisis pangan di masa mendatang.
Di sisi lain, pandemi juga telah memberi dampak positif dalam konsumsi pangan yaitu menumbuhkan kesadaran pada sebagian kelompok masyarakat untuk hidup sehat, dengan memilih konsumsi pangan yang bergizi seimbang yaitu dengan banyak mengkonsumsi pangan hewani serta sayur dan buah lokal. Pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi selalu menjadi program prioritas dalam setiap pembangunan Nasional, yang ditandai dengan dijadikannya beberapa indikator konsumsi pangan sebagai indikator pencapaian pembangunan Nasional, seperti konsumsi energi, protein, dan skor Pola Pangan Harapan (PPH). Di tingkat wilayahpun, baik provinsi maupun kabupaten/kota, di dalam RPJMD-nya mencantumkan indikator skor PPH sebagai salah satu indikator kinerja pembangunan.
Pola konsumsi pangan masyarakat saat ini yang belum beragam dan bergizi seimbang, ditunjukkan dengan tingginya konsumsi karbohidrat khususnya beras dibandingkan dengan sumber pangan lainnya menyebabkan tingginya kebutuhan masyarakat akan beras. Selain itu, adanya pergeseran pola konsumsi masyarakat yang mendorong konsumsi pangan yang bersifat praktis (instan) menjadi penyebab tingginya permintaan akan pangan yang sebagian besar berbahan baku terigu. Hal ini pada akhirnya menjadi permasalahan tersendiri dalam penyediaan pangan bagi masyarakat. Oleh karena itu, perlu didorong secara intensif upaya pengembangan pangan lokal untuk menjawab permasalah tersebut.
Merubah pola pikir masyarakat ke arah pola konsumsi pangan yang beragam dan bergizi seimbang bukanlah hal yang mudah, karena sangat dipengaruhi oleh budaya, selera, dan kebiasaan makan masyarakat. Untuk itu, sosialisasi dan promosi diversifikasi konsumsi pangan secara terus menerus sangat diperlukan. Pengembangan pangan lokal mempunyai peranan yang strategis dalam upaya penganekaragaman konsumsi pangan di daerah, karena bahan baku pangan tersebut tersedia secara spesifik di daerah.
Diversifikasi pangan diselenggarakan untuk meningkatkan ketahanan pangan dengan memperhatikan sumber daya, kelembagaan, dan budaya, serta kearifan lokal. Upaya yang dilakukan dalam penganekaragaman konsumsi pangan diantaranya dengan meningkatkan jenis dan aneka ragam pangan, mengembangkan teknologi pengolahan dan produk pangan, serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi aneka ragam pangan yang beragam, bergizi, seimbang, dan aman.
Upaya untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing dilakukan dengan menggerakkan dan memberdayakan pelaku UMKM, karena UMKM memiliki peran strategis dalam mengembangkan industri pangan lokal. Data menunjukkan bahwa 90% produk pangan Nasional disediakan oleh UMKM. Selain itu, 99,9% pasar industri dikuasai oleh UMKM yang dapat menyerap 97% dari tenaga kerja Nasional, serta menyumbang PDB Nasional sebesar 60%. Oleh karena itu, penguatan bisnis UMKM pangan lokal diharapkan dapat menjadi daya ungkit bagi kejayaan industri pangan lokal Indonesia.
Mari kita bersatu padu melakukan upaya-upaya dalam menjaga sekaligus meningkatkan stabilitas ketahanan pangan pada masa pandemi Covid-19 di Provinsi Kalimantan Tengah. Semoga kondisi yang kondusif ini dapat kita pertahankan di masa-masa yang akan datang. (MMCKalteng/nor)