BALANGANEWS, PALANGKA RAYA – Wakil Presiden Eksternal Majelis Adat Dayak Nasional (MADN), Rahmat Nasution Hamka, menyerukan kebangkitan masyarakat Dayak untuk melawan berbagai bentuk penjajahan modern yang dinilai masih membelenggu kehidupan mereka.
Seruan tersebut disampaikan Rahmat dalam Seminar Internasional Suku Dayak yang digelar di Palangka Raya, Jumat (22/8/2025).
Dalam pidatonya, ia menekankan pentingnya menghapus warisan kolonial yang hingga kini masih menimbulkan sekat di tengah masyarakat adat.
“Peninggalan penjajah harus dihapus semua, termasuk yang memecah belah Dayak. Apapun agamanya, kita tetaplah Dayak! Jangan lagi ada sekat yang membuat kita tercerai-berai,” tegas Rahmat yang disambut tepuk tangan peserta seminar.
Ia menegaskan bahwa kemerdekaan sejati Dayak bukan sekadar bebas dari penjajahan fisik, melainkan juga terbebas dari kemiskinan, kebodohan, dan ketertinggalan.
“Kemerdekaan sejati Dayak adalah bebas dari kebodohan, kemiskinan, dan ketertinggalan. Itulah bentuk penjajahan masa kini yang harus kita lawan bersama!” ujarnya penuh semangat.
Rahmat juga mendorong generasi muda Dayak untuk menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan ekonomi agar mampu menjadi pemimpin di tanah sendiri.
“Kita harus menjadi tuan rumah di tanah Borneo, bukan hanya pewaris nama! Persatuan Dayak adalah kekuatan besar yang akan mengubah masa depan,” katanya dengan nada membakar semangat.
Seminar internasional tersebut dihadiri tokoh adat se-Kalimantan, akademisi, peneliti dari berbagai negara, serta ratusan pemuda Dayak.
Forum tersebut menjadi ruang konsolidasi untuk memperkuat gerakan kebudayaan, pendidikan, dan ekonomi masyarakat Dayak.
Dalam orasinya, Rahmat kembali menegaskan arti persatuan di atas perbedaan.
“Dayak adalah satu tubuh, satu darah, satu tanah! Tidak peduli agama apa yang kita peluk, kita tetap satu Dayak yang harus berdiri tegak di atas bumi leluhur,” pekiknya lantang.
MADN melalui forum ini mendorong lahirnya langkah konkret dalam memperkuat hak-hak adat, membangun pendidikan, serta menggerakkan ekonomi kerakyatan.
Seruan Rahmat menjadi penegasan bahwa masyarakat Dayak harus bangkit sebagai tuan rumah di tanah leluhur dalam bingkai Indonesia yang berdaulat. (asp)