BALANGANEWS, KAPUAS – Dalam beberapa waktu terakhir pada tahun 2019 ini, di Kecamatan Pasak Talawang, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah, sering terjadi kasus gantung diri dan rata-rata korban merupakan pelajar SMP sederajat.
“Untuk menyikapi permasalahan ini, kami telah berkoordinasi dengan camat, kepala desa, damang, para tokoh, serta seluruh komponen masyarakat se-Kecamatan Pasak Talawang guna melakukan bersih desa atau mamapas lewu,” kata Kapolsek Kapuas Tengah Iptu Catur Winarno di Kuala Kapuas, Selasa (3/12/2019).
Kejadian pertama dialami korban DK (15) pelajar SMP Desa Jangkang, Kecamatan Pasak Talawang, terjadi pada 14 Oktober 2019. Kemudian, korban RA (14) pelajar SMP Desa Jangkang, Kecamatan Pasak Talawang, terjadi pada 25 November 2019.
Disusul korban TR (12) pelajar SMP yang sama juga turut tewas dengan cara gantung diri di kediamannya di Desa Kuburan, Kecamatan Pasak Talawang, terjadi pada 1 Desember 2019.
Selanjutnya, korban IT (13) pelajar SMP Kelas I Desa Balai Banjang, Kecamatan Pasak Talawang, namun beruntung ia dapat diselamatkan oleh keponakannya sehingga tidak kehilangan nyawanya.
Catur mengimbau kepada masyarakat setempat, untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh isu-isu yang tidak benar, serta menyerahkan semuanya kepada pihak yang berwajib untuk menyelesaikannya.
“Untuk sementara hasil dari beberapa korban yang kami tangani, murni tewas bunuh diri dengan cara gantung diri. Untuk penyebabnya sendiri masih dalam pemeriksaan lebih lanjut,” jelasnya.
Adapun kasus gantung diri yang terakhir itu, baru diketahui jajaran Polsek Kapuas Tengah usai menerima laporan tentang seorang pelajar SMP yang nekat melakukan percobaan bunuh diri dengan cara gantung diri di rumahnya di Desa Balai Panjang, Kecamatan Pasak Talawang, Sabtu (30/11) lalu.
Beruntung korban IT (13) pelajar SMP Kelas I tersebut, dapat diselamatkan oleh keponakan korban Inggih (7) saat ingin keluar kamar dan melihat korban telah tergantung dengan seutas tali nilon warna biru.
“Inggih yang melihat korban tergantung dengan cepat mengambil parang dan menebaskan tali yang berada di atas kepala korban, sehingga korban terjatuh,” ungkapnya.
Pada saat kejadian, Tihan yaitu ayah korban yang berada di dapur mendengar ada suara keras seperti benda jatuh dan langsung masuk ke dalam pondok bersama ibu korban Utut. Mereka pun melihat anaknya sudah terkulai lemas dan ada luka di bagian leher bekas ikatan.
Sebelumnya, diketahui awalnya IT mengalami pusing kepala mendadak seketika sehingga kehilangan kesadaran. Kemudian, timbul pemikiran untuk mengakhiri hidup dengan cara yang cepat yaitu gantung diri.
“Pemikiran itu terus muncul dan korban mengaku tidak bisa mengendalikan diri, hingga akhirnya memutuskan untuk bunuh diri di dalam pondok,” terang Catur. (ant/ari)