BALANGANEWS, PULANG PISAU – Sejumlah wali murid di sekolah dan madrasah di wilayah Kabupaten Pulang Pisau mulai mengeluhkan kebijakan belajar dari rumah (BDR) dengan sistem daring (dalam jaringan) yang diterapkan pemerintah di tengah pandemi Covid-19 saat ini.
Wali murid merasa kesulitan jika setiap hari harus mendampingi anaknya mengerjakan tugas-tugas sekolah. Terutama bagi siswa yang masih duduk di bangku sekolah setingkat SD atau ibtidayah. Mendampingi anak menjadi suatu keharusan.
Belum lagi soal keterbatasan ekonomi, karena tidak semua orang tua mampu membeli kuota internet. Bahkan ada orang tua murid yang belum memiliki smartphone berbasis android. Masalah lain adalah jeleknya sinyal internet yang terjadi di beberapa desa dan kelurahan di wilayah Kabupaten Pulang Pisau.
Seperti yang dialami salah seorang wali murid, Alus, warga Kelurahan Pulang Pisau. Dia mengaku tak punya smartphone android, terkadang dia harus meminjam dengan tetangga, tapi dia harus membeli sendiri kuota internetnya.
“Kalau pas lagi ada uang saya beli sendiri kuota internetnya pak, tapi kalau pas gak ada uang ya terpaksa gak ikut belajar daring, mau pinjam uang gak enak pak,” kata dia saat berbincang dengan BALANGANEWS baru-baru ini.
Lain lagi pengakuan seorang wali murid Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Pulang Pisau, Hendri Arroyo, menurutnya proses pembelajaran via daring ini ada sisi positif dan negatifnya. “Positifnya pelajaran bisa dilakukan kapan saja sesuai kesepakatan antara murid dan guru, kita juga dapat memantau anak untuk menerapkan protokol kesehatan di rumah,” kata Hendri, Minggu (26/7/2020) di Pulang Pisau.
Namun, lanjutnya, sisi negatifnya adalah kurang efektif dalam hal menyampaikan pelajaran dengan hanya memaksimalkan teknologi. “Proses belajarnya kan hanya satu arah, jadi jika ada hal-hal yang perlu penjelasan dari guru yang tidak dimengerti siswa ini akan sulit,” kata dia lagi.
Hendri juga prihatin dengan wali murid yang berada di daerah-daerah pelosok yang sinyal internetnya buruk. “Kalau bagi yang tinggal di dalam kota Pulang Pisau saya kira tidak masalah, tapi bagi siswa yang berada di desa yang sinyal internetnya buruk mungkin sistem belajar daring ini bisa jadi masalah,” ujarnya.
Kepala MAN 1 Pulang Pisau, Sriyadi ketika dikonfirmasi media ini Minggu (26/7/2020) mengatakan, kondisi pandemi yang terjadi saat ini memang mengharuskan proses belajar mengajar (PBM) dilakukan secara daring untuk menghindari penyebaran Covid-19 di kalangan siswa sekolah.
“Kami para guru telah mempertimbangkan matang-matang mengapa PBM hingga saat ini tetap harus dilakukan secara daring, kita percaya virus ini bukan main-main, kita jaga anak-anak kita, kita jaga generasi mendatang, jangan gara-gara sembrono membuka tatap muka padahal masih zona merah atau kuning, kita khawatir anak-anak terpapar. Kasihani anak-anak, mereka generasi yang akan datang, mari tetap sabar ikuti protokol kesehatan dan patuhi pemerintah,” papar Sriyadi seraya mengatakan ini hanya masalah waktu menunggu status daerah berada di zona hijau.
Ditanya apakah belajar sistem daring ini sudah efektif, Sriyadi mengakui ada kekurangan. Namun MAN 1 Pulang Pisau akan terus melakukan inovasi untuk memaksimalkan PBM via daring ini agar efektif diterapkan.
“Madrasah saat ini diberi kebebasan PBM, boleh daring dan luring. Kurikulum kita kurikulum darurat, madrasah sekarang diberi otonomi. Kami akan membuat sistem PBM secara daring ini dengan berbagai inovasi kreatif untuk memaksimalkan PBM,” kata dia.
Terkait siswa-siswi MAN 1 Pulang Pisau yang berada di daerah pelosok, MAN 1 Pulang Pisau memberikan dispensasi boleh tidak mengikuti zoom meeting. Siswa-siswi bisa meminta tugas dengan guru bidang studi masing-masing baik melalui WhatsApp ataupun media sosial lainnya jika terkendala jaringan. (nor)