Budidaya Madu Kelulut Dapat Dijadikan Home Industri

Salah satu dari 75 sarang kelulut milik Abah Aan yang sudah beberapa kali panen
Salah satu dari 75 sarang kelulut milik Abah Aan yang sudah beberapa kali panen

BALANGANEWS, KASONGAN – Budidaya Madu Kelulut di Kabupaten Katingan dapat dijadikan sebagai home industri (industri rumah tangga). Hal ini terbukti, seperti yang digeluti oleh Abah Aan, di Jalan Tjilik Riwut KM 4, Kelurahan Kasongan Lama, Kecamatan Katingan Hilir, Kabupaten Katingan.

Abah Aan melalui asistennya (karyawannya/pengelola), Ehoi saat dikonfirmasi, Minggu (17/10/2021), kepada sejumlah media menyebutkan jumlah sarang kelulut yang dimilikinya saat ini, yakni sekitar 75 unit sarang.

Dari 75 unit sarang yang sudah puluhan kali panen tersebut menurutnya telah menghasilkan madu sekitar 9 liter per dua pekan atau sekitar 20 liter perbulan. Dari 20 liter tersebut, jika dijual dengan harga sekitar Rp 400 ribu/liter maka harga jualnya sekitar Rp 8 juta/bulan.

Sedangkan tempat penjualannya menurutnya sudah ada langganan yang rutin setiap bulannya. Yakni di Palangka Raya dan di luar daerah. Di samping itu ada pula yang dijual secara eceran dalam botolan. Misalnya untuk isi 250 CC harga jualnya sekitar 150 ribu/botol, untuk isi 100 CC sekitar Rp 100 ribu/botol dan untuk isi 50 CC sekitar Rp 50 ribu/botol.

Selain menjual madunya, dirinya menurutnya juga menjual sarang kelulut  yang sudah jadi atau siap panen, dengan harga jual antara 800 ribu hingga Rp 1 juta/sarang.

Adapun cara mendapatkan sarang menurut Ehoi, meminta bantuan dari masyarakat di beberapa desa di Kabupaten Katingan. Diantaranya masyarakat di Desa Tumbang Lahang Kecamatan Katingan Tengah, di Desa Tumbang Tanjung Kecamatan Pulau Malan dan di Kelurahan Kasongan Lama Kecamatan Katingan Hilir serta di beberapa tempat lainnya.

“Oleh karena sarangnya masih berupa log, sehingga kami memberikan kepada mereka antara 300 ribu hingga 400 per-sarang,” ujarnya.

Dari sarang-sarang yang dibeli itu menurutnya di atasnya ditambah kotak yang terbuat dari kayu, dengan tujuan agar kelulutnya bisa berkembang biak di kotak tersebut. Kalau sudah dua bulan atau tiga bulan kemudian, baru bisa panen.

“Kalau sudah bisa dipanen, harga jualnya bukan 400 ribu, melainkan sekitar 800 ribu/unit,” ujar Ehoi.

Penjualannya bukan hanya di Katingan saja, tapi juga ke beberapa Kabupaten dan Kota, seperti ke Palangka Raya, Banjarmasin dan ke luar daerah, seperti ke Surabaya dan daerah-daerah lainnya. (abu)