Ketinggian Sungai Barito Hanya 2,8 Meter, Kapal dan Tongkang Tak Bisa Berlayar

di kawasan pedalaman Kabupaten dan , Kalimantan Tengah, kembali surut sehingga sejumlah kapal dan tongkang bertonase besar terperangkap dan tidak bisa berlayar.

“Angkutan kapal dan tongkang bermuatan batu bara bertonase besar tidak bisa berlayar sejak Kamis (10/10),” kata Kepala UPTD Dermaga Muara Teweh pada Dinas Barito Utara, Muhammad Nurdin melalui petugas pelabuhan Syamsu Rizal di Muara Teweh, Sabtu (12/10/2019).

Ketinggian air Sungai Barito pada skala tinggi air (STA) Muara Teweh pada Sabtu (12/10) sore di angka 2,80 yang menunjukkan angka tidak aman bagi pelayaran kapal bertonase besar.

Sejumlah kapal tarik atau “tugboat” dan tongkang yang sebelumnya berlayar ke hulu maupun hilir pada saat debit air Sungai Barito naik, kini terpaksa bersandar di beberapa tempat.

“Saat ini tongkang bermuatan batu bara sudah tidak bisa sehingga mereka bersandar di kawasan hutan pinggiran Sungai Barito,” katanya.

Sejumlah tongkang yang bermuatan batu bara yang sempat berlayar ke hilir ini banyak yang bersandar di wilayah Kecamatan Montallat, selain itu ada sebuah tongkang batu bara mengalami kandas di wilayah Tarusan Kabupaten .

Kondisi air sungai sepanjang 900 kilometer yang hulunya berada di wilayah Kabupaten Murung Raya dan mengalir ke wilayah selatan di itu, sekarang sulit diramalkan.

Ia menjelaskan meski saat ini kemarau namun masih ada hujan turun, kondisi debit Sungai Barito pekan lalu sempat naik sehingga kapal tonase besar bisa berlayar. Namun kini sudah tidak bisa karena? debit air Sungai Barito turun dan kalau di wilayah hulu hujan maka air kembali naik.

“Kami sulit memprediksi kondisi air Sungai Barito,” ujarnya.

Meski angkutan kapal dan tongkang bertonase besar tidak bisa berlayar, sejumlah kapal barang dan angkutan penumpang yang tonasenya sedang untuk sementara tidak mengalami kendala. (ant/ari)