BALANGANEWS, PALANGKA RAYA – Gerakan Pemuda Dayak (Gerdayak) mendukung rencana besar Pemerintah RI untuk membangun Food Estate di wilayah Kalimantan Tengah.
Hal itu disampaikan oleh Drs. Yansen A. Binti, MBA, selaku Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Gerdayak dalam Press Release pada Kamis (25/6/2020) yang bertempat di kediamannya.
Tujuan program ini adalah membangun Ketahanan pangan bangsa. Hal ini adalah tindak lanjut dari berhentinya ekspor pangan dari negara-negara sekitar seperti Thailand, Vietnam dan India yang ingin fokus menyediakan pangan untuk negara mereka sendiri.
“Oleh karena itu Pemerintah RI segera mengambil langkah strategis untuk mengamankan stok pangan nasional dan Kalimantan Tengah kemudian dipilih dari sekian banyak provinsi untuk menjadi lokasi program stranas ini,” terang Yansen.
Dipilihnya Kalimantan Tengah sebagai lokasi Food Estate adalah sebuah berkah tersendiri bagi daerah ini. Namun untuk memastikannya, Gerdayak Indonesia mencoba mengkaji rencana besar ini dari berbagai sudut pandang. Oleh karena itu, Senin (22/6/2020) Gerdayak mengadakan diskusi dengan beberapa pakar, praktisi dan akademisi untuk meminta pendapat.
Hadir dalam Diskusi tersebut pengamat sosial budaya sekaligus akademisi DR. Effrata, SPd,Msi, Peneliti tanah Ir. Arief Rahman Hakim M.Si, Peneliti kehutanan dan Gambut Siti Maemunah S.hut, MP yang juga peraih penghargaan Asian Pacific Champion Forest, kemudian Asro Laelani Indrayanti SP.MP akademisi yang juga merupakan peneliti pertanian di lahan Gambut, serta Miming S.T,M.T akademisi civil engineering. Diskusi yang diadakan Gerdayak tersebut menghasilkan banyak data dan fakta eksperien di lapangan bahwa Kalimantan Tengah layak untuk menjadi lokasi Food Estate.
Ada beberapa poin pemikiran yang dihasilkan dalam diskusi di antaranya, pertama, Program Food Estate akan dilaksanakan di lahan pertanian yang sudah digarap petani Kalteng namun belum dimaksimalkan hasilnya.
Kemudian yang kedua, kondisi alamiah lokasi Food Estate mendukung pertanian skala besar apabila dibangun sistem pengairan terpadu dan mekanisasi pertanian secara modern.
Poin ketiga, Program Food Estate tidak membuka hutan baru dan lokasi yang dipilih adalah di lahan gambut tipis, bukan gambut tebal. Sehingga dampak lingkungan bisa diminimalisasi.
Dan terakhir, Sistem pengairan terpadu pada program Food Estate memperkecil dampak lingkungan khususnya Karhutla dan ancaman banjir. (rmi)