BALANGANEWS, PALANGKA RAYA – Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Tengah (Kalteng) mencatat, pada April 2025, Kalteng mengalami inflasi sebesar 0,61 persen secara month-to-month (m-to-m).
Meski demikian, angka ini masih berada di bawah rata-rata inflasi nasional yang mencapai 1,17 persen.
Kepala BPS Kalteng, Agnes Widiastuti, menjelaskan bahwa secara year-on-year (y-on-y) inflasi di Kalteng tercatat sebesar 1,21 persen, sementara secara tahun kalender (year-to-date/y-to-d) sebesar 1,29 persen.
“Posisi inflasi Kalimantan Tengah pada April 2025 berada di posisi ke-6 terendah secara month-to-month,” ujarnya, pada konferensi pers, Jumat (2/5/2025).
Agnes melanjutkan, BPS Kalteng juga mencatat, sejumlah komoditas menjadi penyumbang utama inflasi bulanan di Kalteng.
Di antaranya tarif listrik dengan andil sebesar 0,60 persen, emas perhiasan sebesar 0,13 persen, serta komoditas pangan seperti ikan gabus, kangkung, dan bayam masing-masing sebesar 0,02 persen.
Namun, lanjut Agnes, beberapa komoditas justru mengalami penurunan harga alias deflasi.
Di antaranya daging ayam ras dengan andil deflasi 0,17 persen, bahan bakar rumah tangga sebesar 0,04 persen, angkutan udara sebesar 0,03 persen, serta bensin dan rampela hati ayam masing-masing menyumbang deflasi sebesar 0,02 persen.
Lebih lanjut, Agnes menjelaskan, dari sisi spasial, seluruh kabupaten/kota Indeks Harga Konsumen (IHK) di Kalimantan Tengah mengalami inflasi sepanjang April 2025.
“Kota Palangka Raya tercatat mengalami inflasi tertinggi sebesar 0,67 persen, diikuti Kapuas sebesar 0,62 persen, Sampit 0,56 persen, dan Sukamara 0,29 persen,” imbuhnya.
Komoditas yang mendominasi inflasi bulanan di seluruh wilayah tersebut tetap didominasi oleh tarif listrik dan emas perhiasan.
Agnes mengungkapkan, terdapat sejumlah fenomena yang memicu inflasi di April 2025.
“Tarif listrik kembali normal khususnya bagi pengguna pascabayar/Non-Token, setelah dua bulan sebelumnya mendapatkan diskon tarif. Selain itu, harga emas perhiasan terus mengalami kenaikan tajam di tengah isu ketidakpastian perekonomian global,” jelasnya. (asp)