BALANGANEWS, PALANGKA RAYA – Pemerintah kembali menggaungkan rencana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis bensin Pertalite (RON 90) dan Solar bersubsidi, serta Liquefied Petroleum Gas (LPG) subsidi tabung 3 kilo gram (kg).
Dimana sebelumnya, isu kenaikan ini sempat diungkapkan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, terbaru diungkapkan lagi oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif.
Seperti yang dilangsir dari CNBC Indonesia, Arifin menyebutkan pemerintah dalam jangka menengah akan melakukan penyesuaian harga Pertalite dan minyak Solar, serta LPG 3 kg sebagai respons atas lonjakan harga minyak dunia.
Strategi menghadapi dampak kenaikan harga minyak dunia, untuk jangka menengah akan dilakukan penyesuaian harga Pertalite, minyak Solar, dan mempercepat bahan bakar pengganti seperti Bahan Bakar Gas (BBG), bioethanol, bio CNG, dan lainnya,” ungkapnya dalam Rapat Kerja dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (13/04/2022) lalu.
Arifin juga mengatakan, lonjakan harga minyak mentah dunia ini, dampak dari serangan Rusia ke Ukraina sejak 24 Februari 2022 lalu telah berimbas pula pada kenaikan harga minyak mentah Indonesia (ICP).
Selain itu, terkait dengan LPG, Arifin menyebutkan harga LPG internasional yang merujuk pada Contract Price (CP) Aramco telah mencapai US$ 839,6 per metrik ton. Sementara asumsi awal pemerintah hanya di kisaran US$ 569 per metrik ton.
“Untuk menjaga ketersediaan LPG dan mengurangi impor, dalam jangka pendek, akan dilakukan peningkatan pengawasan pendistribusian LPG 3 kg tepat sasaran, kerja sama dengan Pemerintah Daerah dan aparat penegak hukum, dan melakukan uji coba penjualan dengan aplikasi My Pertamina di 34 kabupaten/kota do 2022, serta melakukan penyesuaian formula LPG 3 kg,” tutur Arifin.
Sementara untuk jangka menengah, pemerintah akan melakukan substitusi kompor LPG dengan kompor induksi (listrik), jaringan gas kota (jargas) yang diharapkan mencapai 1 juta rumah tangga per tahun.
Kemudian, mengubah skema subsidi yang kini berbasis pada komoditas menjadi subsidi langsung ke penerima. Serta, substitusi dengan Dimethyl Ether (DME) untuk mengurangi 1 juta metrik ton LPG pada 2027. (asp)