BALANGANEWS, PULANG PISAU – Ratusan brigade alat mesin pertanian (Alsintan) yang dikerahkan Kementerian Pertanian RI untuk menggarap lahan rawa Food Estate ternyata belum sepenuhnya efektif digunakan.
Salah satunya karena minim operator, banyak Alsintan belum bisa difungsikan. Hal ini diungkapkan, Sadiyo, salah seorang warga petani yang ikut menggarap lahan menggunakan Alsintan bantuan Kementan RI di lokasi Food Estate, Desa Belanti Siam, Kecamatan Pandih Batu, Kabupaten Pulang Pisau.
“Betul mas, Alsintan yang diturunkan ke lokasi Food Estate ini jumlahnya ratusan, tapi gak semuanya bisa dipake karena operatornya sedikit mas,” kata Sadiyo ketika dibincangi BALANGANEWS.COM, Jumat (18/9/2020).
Sadiyo bahkan menyangsikan target 10 ribu hektare yang ditetapkan Kementan RI tahun 2020 ini tidak tercapai. “Sepertinya sulit mas, ini kan sudah bulan September, sebentar lagi Oktober musim tanam mas, 10 ribu hektare itu gak sedikit,” kata dia.
Namun, imbuhnya, jika Alsintan yang dikerahkan tersebut difungsikan semuanya, maka target 10 ribu hektare akan tercapai. Apalagi menurutnya petani di lokasi Food Estate saat ini dibantu ratusan anggota TNI yang bekerja maksimal di lapangan.
“Kalau lebih banyak operatornya Insyaallah targetnya tercapai, karena tidak semua orang bisa menggunakan Alsintan kalau tidak ada pelatihan khusus dan tidak cukup pelatihan di atas meja saja,” ungkap Sadiyo.
Dia mengakui, di lokasi sudah sering dilaksanakan pelatihan menggunakan Alsintan tersebut. Namun Sadiyo menilai pelatihan kurang efektif kalau operator tidak praktek langsung di lapangan.
Selain itu, kata Sadiyo, Alsintan harus dimodifikasi untuk lahan tertentu. Caranya, bagian ban jonder ditambah dengan roda besi yang didesain agar lebih kuat mencengkeram tanah sehingga alat tidak tenggelam di lahan rawa yang dalam.
“Atau mereka menurunkan jonder lebih dari satu untuk menggarap satu lahan kelompok tani. Kalau satu jonder amblas, jonder lainnya yang menarik keluar,” kata Sadiyo.
Kepala Dinas Pertanian, Slamet Untung Riyanto mengatakan, terkait masalah alsintan kurang efektif, pihaknya sudah menganjurkan untuk olah lahan yang tidak cocok pakai TR4 dianjurkan pakai TR2 dan sebaliknya.
“Masalah operator sudah dilaksanakan pelatihannya untuk mencukupi minimnya operator, dan untuk penyesuaian kondisi lahan kita sudah menyarankan agar lahan yang tidak bisa digarap menggunakan TR4 bisa menggunakan TR2,” kata Slamet, Jumat (18/9/2020).
Dikatakan Slamet, selain menyarankan menggunakan TR2, saat ini Kementan sedang mengusahakan membuat roda apung atau roda besi untuk modifikasi jonder agar efektif digunakan menggarap lahan rawa dalam.
Ditanya apakah tercapai target 10 ribu hektare tersebut, Slamet menyatakan optimis. “Selama Alsintan dan pelengkapnya segera dipenuhi, namun mohon maaf untuk proses olah lahan bukan Distan yang bertanggung jawab, tapi TNI yang melaksanakan dan tanggung jawab penuh,” kata Slamet. (nor)