Menengok Potensi Wisata Susur Sungai “Lorong Hitam” di Pulang Pisau

Wisata susur sungai "lorong hitam" di Kelurahan Kalawa, Kabupaten Pulang Pisau, makin ke hulu makin teduh.

BALANGANEWS, PULANG PISAU – Air berwarna hitam kecoklatan dikelilingi hutan belantara yang masih hijau dan asri membuat lokasi wisata susur sungai “Lorong Hitam” di Pulang Pisau ini layak dan berpotensi dikembangkan.

Wisata berbasis ekosistem yang tepatnya berada di Kelurahan Kalawa, Kabupaten Pulang Pisau ini bisa menjadi brand wisata susur sungai dan layak masuk dalam salah satu destinasi wisata bagi wisatawan domestik maupun manca Negara.

Lurah Kalawa, Endra mengatakan, kondisi alam dan hutan di Kelurahan Kalawa masih tergolong asri karena banyak ditemukan tegakan tinggi yang belum terjamah oleh tangan-tangan jahil manusia.

Menurut Endra, Kalawa juga merupakan daerah rawa gambut yang airnya berwarna hitam kecoklatan, sehingga sangat potensial dijadikan wisata susur sungai.

“Makin ke dalam maka pemandangannya makin teduh dan penuh tantangan. Wisata susur sungai disini pun kita namai dengan nama susur Sungai Lorong Hitam,” tukasnya.

Ia berharap dengan adanya potensi ini, kedepan adanya perhatian khusus oleh pemerintah melalui dinas-dinas terkait dalam pengembangan wisata yang ada di Kelurahan Kalawa ini, baik dibidang promosi maupun pengembangan-pengembangan selanjutnya.

Seorang peneliti dari Puslitbang Hutan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Endang Karlina menyebut, Kabupaten Pulang Pisau di Kalimantan Tengah (Kalteng) bisa mengembangkan produk wisata berbasis ekosistem dan kearifan lokal di sekitar hutan gambut dengan tema susur sungai “lorong hitam”.

“Ini menjadi salah satu brand produk wisata yang bisa dikembangkan kabupaten ini berbasis ekosistem dengan melihat potensi yang dimiliki,” kata Endang, Selasa, 24 November 2020.

Menurut dia, penciptaan brand atau tema susur sungai “lorong hitam” ini lantaran sungai di kabupaten setempat memiliki warna yang hitam yang semakin ke hulu semakin teduh.

Masih banyak tema-tema lain yang bisa diangkat dan dikemas dengan berbasis ekosistem dan kearifan lokal masyarakat setempat.

Kearifan lokal, kata dia, tidak bisa lepas dari potensi sumber daya alam khususnya gambut yang ada di kabupaten setempat.

Selaku peneliti dan ketua tim kajian pengembangan produk wisata, pihaknya yakin dan percaya bahwa kebakaran di daerah gambut bukan dilakukan masyarakat sekitar.

“Masyarakat memiliki kearifan lokal dalam menanam menggunakan upacara dan menjaga menggunakan ritual,” kata dia.

Melihat kearifan lokal itu, bahwa masyarakat yang menjaga dan mampu melestarikan. Ini bisa diusung dan ditawarkan kepada pengunjung melalui wisata seperti mina khusus.

Endang menjelaskan, dari hasil penelitian ini, kementerian telah menyusun berbagai potensi wisata berbasis ekosistem, yang bisa dikembangkan kabupaten ini dan menjadi rekomendasi bagi pemerintah setempat.

“Konsep itu nantinya digarap menjadi produk wisata dalam upaya mendorong pemulihan ekonomi nasional,” kata dia.

Sementara, Kepala Bidang Kerja sama dan Desiminasi Puslitbang Hutan KLHK, Ahmad Gadang Pamungkas menyebutkan berbeda dengan rekomendasi yang dilakukan oleh instansi non-penelitian, hasil penelitian yang dilakukan pihaknya bisa menjadi strategi pemerintah daerah dalam pengembangan produk wisata di kabupaten setempat.

“Paling tidak dari hasil penelitian ini bisa menjadi aplikatif dan ada jaminan lebih sesuai untuk dilaksanakan oleh pemerintah setempat,” kata Ahmad.

Menurut dia, pemerintah setempat diharapkan lebih yakin dan percaya diri melaksanakan rumusan yang sudah dilalui dengan penelitian.

Di mana peneliti dalam mengambil data di lapangan didasari kredibilitas dan bisa dipertanggungjawabkan dengan analisis yang cukup tinggi oleh para peneliti yang bisa dilaksanakan oleh pemerintah maupun masyarakat setempat.

Ke depan diharapkan ada kerja sama itu menjadi pertimbangan agar pemerintah daerah bisa melaksanakan strategi pengembangan produk wisata berdasarkan hasil dari penelitian tersebut.

Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Sekretariat Daerah (Setda) Kabupaten Pulang Pisau, Hanafi mewakili Pemkab Pulang Pisau membuka Focus Group Discussion (FGD) terkait pengembangan produk wisata berbasis ekosistem dan kearifan lokal masyarakat di sekitar hutan gambut untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional yang dilaksanakan di Aula Bappeda.

“Pemerintah setempat menyambut baik pengembangan produk wisata yang ditinjau dari aspek ekonomi berdasarkan daya dukung yang berkelanjutan,” kata dia. (nor)