Sambungan cerpen minggu lalu…
Andrean pun berlari bersama dengan teriakan yang terdengar pedih. Semakin kuat langkahnya dalam larian tersebut, semakin keras pula teriakan yang disuarakan olehnya. Peluh pun hadir membasahi seluruh tubuhnya. Detak jantung Andrean tak beraturan, ia merasa telah ada hal mengerikan yang tengah mengintainya.
Ketika sudah terlalu lelah berlari, Andrean mencoba menghentikan langkahnya secara perlahan. Ia mulai mengatur napasnya yang kian berat. Namun tanpa ia sadari, detik itu ia berada tepat di depan sebuah pohon tempat dirinya menemukan kamera jadul itu sebelumnya.
Andrean menggelengkan kepala dengan tatapan tak percaya sembari melangkah mundur dengan tubuh yang sangat gemetar. Ia kembali berteriak sambil menggenggam tangannya sendiri ketika ia melihat kamera jadul itu terletak di dekatnya. Laki-laki itu pun menendang kamera itu, tapi hal menakutkan lagi-lagi terjadi.
Kamera itu,