Hal ini sangatlah miris sekali, dimana mereka lebih senang menuliskan hal pribadinya kepada publik di media sosial daripada men-share hal-hal yang merupakan bentuk dari prestasi ataupun pemecahan suatu persoalan. Ini adalah salah satu dari contoh penyalahgunaan teknologi sekarang yang turut mengakibatkan menurunnya kualitas literasi anak muda jaman sekarang. Hal lain juga turut memicu turunnya literasi di mana sangat kurangnya minat seseorang dalam hal membaca contohnya, membaca memang cukup membosankan jika orang tersebut menyalah artikan sebab ia membaca tetapi cobalah membuat literasi membaca adalah sebuah kebiasaan yang perlu dilakukan sehari-hari sehingga daya baca kita menjadi ringan dan tidak akan membosankan.
Namun, yang menjadi keresahan lagi saat ini adalah dari generasi muda, dimana mereka sangat minim minat berliterasi di kalangan pemuda. Rendahnya kemampuan membaca dan semangat menulis menjadi tantangan tersendiri.
Jika dilihat dari hasil survei tahun 2016 yang dilakukan US Agency For International Development (USAID) cukup mencengangkan. Rata-rata orang Indonesia menonton tayangan televisi selama 300 menit per hari (5 jam per hari), bandingkan dengan rata-rata negara maju, yang penduduknya hanya butuh waktu 60 menit. Di sisi lain, anak-anak yang dulu gemar membaca, kini lebih asyik merunduk khusyuk bermain game dan aktif di dunia media sosial (medsos) melalui gawainya. Selain itu hasil survei yang dilakukan oleh United Nations Educational, Scientific And Cultural Organization (UNESCO) mencatat indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001. Artinya, pada setiap 1.000 orang, hanya ada satu orang yang punya minat membaca. Masyarakat di Indonesia rata-rata membaca nol sampai satu buku per tahun.
Angka tersebut kian timpang saat disandingkan dengan warga Amerika Serikat yang terbiasa membaca 10-20 buku per tahun. Saat bersamaan, warga Jepang membaca 10-15 buku dalam setahun.
Masalah ini harus segera diselesaikan, persoalan ini harus segera dituntaskan karena ini menyangkut perihal kualitas bangsa yang turut berpengaruh akibat rendahnya literasi dengan melakukan aksi gerak literasi secara menyeluruh bisa kita mulai melalui dunia pendidikan. Seperti, Sekolah-sekolah, Kampus, ataupun masyarakat umum yang nantinya akan dibantu oleh murid-murid sekolah dan mahasiswa yang sudah mengerti tujuan aksi literasi ini.
Generasi muda harus segera bergerak, dengan melakukan berbagai pembentukan organisasi atau himpunan aksi literasi untuk membangunkan kembali literasi membaca menulis bangsa ini yang sudah cukup menurun.
Kebiasaan literasi sangat berperan dalam membangun masyarakat yang cerdas yang mana akan membentuk bangsa berkualitas. Oleh karena itu, sebuah kesalahan besar meminggirkan isu ini dari perbincangan publik, apalagi meninggalkannya dalam proses perumusan kebijakan publik.