Merdeka Belajar untuk Penggerak Perubahan

Usai pelaksanaan upacara peringatan HPN, Kamis pagi (2/5/2024), di halaman Disdik Kabupaten Katingan, Kepala Disdik setempat, Feriso menyempatkan diri berfoto bersama stafnya

BALANGANEWS, KASONGAN – Merdeka belajar untuk penggerak perubahan. “Kata-kata ini merupakan titipan dari Menteri Pendidikan Kebudayaan, Riset dan teknologi (Mendikbudristek) RI, Nadiem, Makarim” kata kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Katingan Feriso yang diungkapkannya kepada sejumlah awak media, usai memimpin upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), Kamis pagi (2/5/2024), di halaman kantor Disdik setempat.

Pada peringatan Hardiknas kali ini menurutnya tema yang diusung adalah “Bergerak Bersama, Lanjutkan Merdeka Belajar”. Tema ini masih merupakan lanjutan dari tahun-tahun sebelumnya. Untuk diketahui bersama bahwa Merdeka Belajar merupakan program yang dirancanangkan oleh Nadiem Makarim untuk merevolusi sistem pendidikan di tanah air.

Artinya, Kurikulum Merdeka Belajar dinaikan statusnya menjadi Kurikulum Nasional.

“Maksud dari Kurikulum Nasional itu terdiri dari merdeka belajar, merdeka berubah dan merdeka berbagi,” terangnya.

Oleh karena kurikulum Merdeka Nasional tersebut merupakan kewajiban di masing-masing sekolah untuk menerapkannya, maka sejak tahun ajaran 2024/2025 ini istilah Merdeka Belajar itu menurutnya tidak lagi merupakan pilihan bagi setiap sekolah untuk menerapkannya, tapi wajib untuk diterapkan.

Sejauh mana istilah dari Kurikulum Merdeka Belajar dimaksud? Menurutnya kalau dulu proses pembelajarannya berpusat pada tenaga pendidik (guru) saja, sedangkan siswa hanya menerima saja materi atau ilmu yang diajarkannya.

“Tapi untuk kurikulum Merdeka Nasional ini proses pembelajarannya terpusat pada peserta didik (siswa),” tuturnya.

Artinya, lanjutnya, siswa diberikan kebebasan untuk berinovasi dan berkreasi di sekolahnya atas bimbingan guru di sekolahnya masing-masing. Contohnya, mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Kalau dulu siswa diberikan berbagai teori tentang pelajaran IPA, yang harus diterima yang oleh gurunya kepada siswanya. Namun, setelah lahirnya Merdeka Nasional ini, siswa tidak lagi semata-mata menerima teori yang diajarkan oleh guru saja, tapi siswa sudah diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mengetahui teori yang diajarkan oleh guru tersebut dengan nalarnya sendiri. Misalnya, Mengapa air di sungai selalu mengalir dari hulu ke hilir dan selalu menyamakan permukaan?

“Hal seperti ini diberikan kepada semua siswa untuk memikirkannya dengan nalarnya sendiri,” ujarnya.

Bukan hanya itu, tapi siswa menurutnya juga diberikan keleluasaan untuk memberikan berbagai solusi yang terjadi di dalam satu ilmu apapun juga yang diajarkan oleh masing-masing guru di bidangnya masing-masing.

“Sehingga, ketika sudah lulus dari bangku sekolahnya siswa tersebut diharapkan sudah mampu menjawab segala persoalan dengan nalar sendiri guna melakukan pekerjaan apa yang sekiranya bisa bermanfaat bagi dirinya untuk masa depan mereka,” pungkas mantan kepala Disdukcapil ini. (abu)