Direktur Operasional PT KPC Tbk, Padli Noor menjelaskan, berdasarkan hasil verifikasi terhadap pembangunan smelter, saat progresnya telah mencapai 99,28 persen.
“Tinggal finishing sedikit lagi, sementara untuk smelter ZINC PT Kobar Lamandau Mineral Smelter Seng (Zn) itu sekitar 23 persen dan target kita selesai di tahun 2020, sementara untuk smelter Pb tadi kita berharap bisa berproduksi di tahun 2019 ini, kendalanya hanya tinggal menunggu proses izin pelepasan kawasan hutan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK),” ucap Padli.
Menurut Padli, Smelter Pb nantinya akan memproduksi sekitar 20 ribu ton timbal bullion per tahun. Bullion tersebut dalam bentuk batangan dan murni 99 persen serta sudah siap untuk pasar domestik.
“Jadi bisa digunakan untuk pabrik yang memproduksi baterai dan accu untuk industri elektronik dan pesawat terbang,” jelas dia.
Sedangkan untuk smelter Zn kapasitasnya akan lebih besar sekitar 32 ribu ton konsentrat dalam setahun dengan kadar murni 99 persen. Seperti kita ketahui bahwa Indonesia saat ini masih defisit dan setiap tahunnya masih mengimpor sekitar 300 ribu ZINC.
Menurut dia, kebutuhan metal zinc di Indonesia masih 100 % impor. Sehingga, produksi dalam negeri metal zinc ini diharapkan bisa menekan total biaya produksi untuk kebutuhan domestik.
“Kalau kita bisa mnyelesaikan pembangunan smelter pertama ini di Indonesia, kita tidak perlu lagi mengimpor, karena kita sudah bisa memenuhi kuota dalam negeri,” tandasnya. (ari)