BALANGANEWS, PALANGKA RAYA – Peradaban anti korupsi yang menjadi program Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tidak akan bisa terwujud tanpa adanya komitmen dari seluruh pihak. Termasuk mahasiswa yang kini tengah mengenyam pendidikan di perguruan tinggi.
Integritas anti korupsi wajib ditanamkan sejak dini, sebagai salah satu cara pencegahan korupsi. Lemahnya integritas oleh para penyelenggara negara menjadi pemicu kuat terjadinya tindak pidana korupsi.
Hal ini disebutkan Ketua KPK RI, Firli Bahuri ketika menjadi narasumber dalam Kuliah Umum Pembangunan Integritas Melalui Pendidikan Anti Korupsi di Perguruan Tinggi yang digelar Universitas Palangka Raya (UPR), Kalimantan Tengah, Jumat (8/9/2023) pagi.
Firli mengatakan jika korupsi adalah salah satu permasalahan bangsa yang menjadi tujuan nasional untuk diatasi bersama-sama. Korupsi tercipta karena adanya kesempatan dan lemahnya integritas anti korupsi.
Di samping itu adapula faktor keserakahan dan kebutuhan sebagai pemicu korupsi. Jika tidak mampu mengendalikan kebutuhan dan menghentikan kebutuhan maka akan terjadi korupsi.
“Untuk itu penting integritas anti korupsi ditanamkan ke mahasiswa. Karena pendidikan menjadi instrumen penting dalam memberantas korupsi,” katanya kepada puluhan mahasiswa yang ikut dalam kuliah umum.
Semakin masifnya korupsi yang terjadi, kini korupsi bahkan telah memiliki 30 bentuk dan jenis rupa.
Sambil berbagi pengalaman Firli menceritakan jika permasalahan Stunting pada anak belum bisa selesai di Indonesia karena maraknya praktek korupsi terhadap bantuan sosial (Bansos). Seperti jumlah bantuan yang kuantitasnya sama namun kualitasnya dikurangi.
“Paling miris, ada bansos sarden yang kita ketahui isinya biasanya ada 2-3 ikan, itu turut dikurangi jadi hanya 1 ikan saja di kemasan. Untuk itu saya selalu menyebut jika korupsi merampas hak rakyat dan generasi kedepan. Korupsi adalah kejahatan kemanusiaan,” tuturnya.
Firli menerangkan sampai detik ini sudah ada 1.627 tersangka yang ditangkap KPK selama berdiri. Khusus di tahun 2023 sudah ada 109 tersangka. Berkaca dari jumlah tersebut ia berujar jika saat ini orang tidak takut untuk masuk penjara.
Hal ini disampaikan sesuai dengan fakta yang terjadi di Lapas Sukamiskin beberapa waktu lalu. Dimana terpidana dapat memesan makanan dari luar penjara, hingga keluar ke hotel untuk berkencan dengan wanita.
“Yang membuat takut para koruptor saat ini adalah TPPU, seperti Lukas Enembe yang kita sita asetnya berupa hotel. Kita juga sudah mengajukan Rancangan UU Perampasan Aset,” tegasnya.
Di kesempatan yang sama, Firli Bahuri turut memberikan motivasi kepada mahasiswa dengan menceritakan masa hidupnya yang dikenal sebagai “Anak Lontar”. Dari mana pun tempat berasal, masa depan ditentukan oleh diri sendiri, bukan orang lain.
“Untuk itu mari kita tatap masa depan. Jangan pernah berhenti menimba ilmu,” pungkasnya.
Kegiatan yang berlangsung di Aula Rahan Universitas Palangka Raya itu dihadiri langsung Wakil Rektor Bidang Akademik, Natalina Asi.
Dalam sambutannya, Natalina menyampaikan jika kuliah umum ini adalah bukti komitmen bersama memerangi korupsi dan lingkungan pendidikan yang bersih, adil dan bermartabat.
Ia pun meyakini jika korupsi adalah penyakit sosial yang menghancurkan kepercayaan masyarakat dan menghambat pembangunan.
“Pendidikan anti korupsi aspek penting memerangi korupsi. Sebagai lembaga pendidikan penting membangun generasi yang lebih integritas, etika dan kejujuran tinggi. Pendidikan adalah instrumen utama dalam memberantas korupsi,” terangnya.
Kegiatan kemudian ditutup dengan penyerahan plakat oleh Wakil Rektor Natalina Asi kepada Ketua KPK Firli Bahuri dan foto bersama dengan para peserta kuliah umum. (yud)