BALANGANEWS, PALANGKA RAYA – Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kalimantan Tengah (Kalteng), Taufik Saleh mengatakan, tekanan inflasi di Kalteng pada Maret 2024 diperkirakan meningkat.
Taufik menjelaskan, adapun faktor pendorong inflasi dikarenakan pergeseran panen komoditas tanaman pangan karena El Nino yang berlangsung lebih panjang menggeser masa tanam komoditas terkait.
Selanjutnya, potensi terjadinya La Nina pada pertengahan tahun 2024, tarif cukai hasil tembakau (CHT) naik 10 persen mulai Januari 2024, keterbatasan pasokan beberapa komoditas holtikultura karena belum memasuki masa panen.
Kemudian, potensi menurunnya hasil tangkap perikanan karena curah hujan tinggi dan peningkatan permintaan pada periode HBKN Ramadhan dan Idul Fitri.
Sementara, faktor penahan inflasinya adanya pengendalian inflasi oleh Pemda dan penanganan perubahan cuaca ekstrem oleh Dinas terkait, berlangsungnya panen beras pada bulan Maret 2024.
“Kemudian adanya penurunan harga BBM non subsidi per 1 Januari 2024. Prakiraan alokasi subsidi BBM tahun 2024 meningkat 10 persen,” ucap Taufik, pada rapat evaluasi terhadap inflasi Kalteng, Senin (4/3/2024).
Sementara itu, Statistisi Ahli Madya Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalteng, Akhmad Tantowi menyampaikan, andil komoditas utama terhadap deflasi M to M di Kalteng sebesar -0,46 persen.
Adapun andil inflasi disebabkan oleh beras, telur ayam ras, ikan gabus, udang basah dan ikan bakar. Andil deflasi disebabkan daging ayam ras, ikan nila, ikan patin, ikan patuhi dan bahan bakar rumah tangga.
Terdapat empat kota yang mengalami deflasi di Provinsi Kalteng pada Februari 2024 di antaranya Sampit M-to-M -0,34 persen dan Y-on-Y 2,14 persen, Kota Palangka Raya M-to-M -0,41 persen dan Y-on-Y 2,32 persen.
Selanjutnya, Sukamara M-to-M -0,62 persen dan Y-on-Y 2,64 persen dan Kapuas M-to-M -0,60 persen dan Y-on-Y 2,90 persen. Sedangkan 0 (nol) kota mengalami inflasi. (asp)