BI Prediksi Inflasi Kalteng Terkendali di Tahun 2024

Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kalteng, Ardian Pangestu

, – Deputi Kepala Perwakilan () Kalimantan Tengah (Kalteng), Ardian Pangestu, menyampaikan perkiraan bahwa inflasi di Kalteng untuk tahun 2024 akan tetap berada dalam target inflasi , yaitu 2,5% +/- 1% (yoy).

Ia optimis inflasi di Kalteng akan terkendali dan tidak melebihi target tahunan.

Ardian Pangestu mengatakan, pihaknya Bank Indonesia bersama seluruh pemerintah daerah (pemda) di Kalteng dan berbagai stakeholder terkait senantiasa berkolaborasi secara optimal untuk menjaga inflasi, guna mencapai prakiraan tersebut.

“Kami melaksanakan koordinasi secara rutin setiap minggu, menindaklanjuti hasil koordinasi tersebut, serta bersama-sama menjalankan strategi 4K inflasi,” ujar Ardian pada Selasa (2/7/2024).

Strategi 4K yang dimaksud adalah keterjangkauan harga melalui , ketersediaan pasokan dengan menjaga kuantitas yang cukup, kelancaran distribusi melalui jalur darat dan laut yang lancar, serta komunikasi yang efektif untuk menjaga ekspektasi inflasi masyarakat, seperti kampanye belanja bijak melalui media.

Adrian membeberkan, pada bulan Juni 2024, Kalteng mengalami deflasi sebesar 0,28 persen terhadap bulan Mei 2024. Secara tahunan, inflasi Kalteng masih sesuai dengan target nasional yang sebesar 2,5% +/- 1%, dengan inflasi tahunan berada di angka 2,22 persen (yoy).

“Kalteng juga masuk dalam 10 provinsi dengan inflasi terendah secara nasional,” tambah Ardian.

Adrian menjelaskan, bahwa komoditas yang mengalami kenaikan harga cukup tinggi sampai pada saat ini didominasi oleh volatile food, terutama padi dan daging ayam ras. Untuk mengantisipasi kenaikan harga kedua komoditas ini, tambahnya, langkah jangka pendek yang dilakukan adalah memenuhi kebutuhan pasokan melalui impor dari daerah lain seperti Kalimantan Selatan dan Pulau Jawa.

Sementara untuk jangka panjang, diperlukan peningkatan daerah produksi padi dan daging ayam serta penguatan hilirisasi .

“Kalteng sebenarnya adalah produsen beras di Kalimantan, namun mayoritas hasil produksinya didistribusikan ke provinsi lain akibat belum adanya hilirisasi pangan yang modern. Oleh karena itu, diperlukan rice milling unit (RMU) untuk penguatan hilirisasi padi dan pembangunan apartemen ayam untuk penguatan hilirisasi daging ayam,” terang Ardian.

Ia menambahkan bahwa Bank Indonesia bersama pemda dan stakeholder terkait terus berupaya menciptakan ekosistem yang mendukung kestabilan inflasi, dengan harapan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memajukan ekonomi daerah.

“Dengan kolaborasi yang terus diperkuat, diharapkan inflasi di Kalimantan Tengah dapat tetap terkendali dan target-target pembangunan ekonomi dapat tercapai sesuai harapan,” pungkasnya. (asp)