BALANGANEWS, PALANGKA RAYA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong Pasar Modal Indonesia untuk berperan lebih aktif dalam mendukung program strategis pemerintah dan target pertumbuhan ekonomi nasional.
Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, pada pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia menyampaikan, bahwa erbagai program telah disiapkan untuk penguatan dan pengembangan pasar modal.
Menurut Mahendra, program strategis Pasar Modal Indonesia difokuskan pada peningkatan pendalaman pasar, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas perusahaan tercatat.
“Ini dilakukan melalui peningkatan porsi saham free float dan mendorong perusahaan dengan kapitalisasi pasar besar untuk melantai di bursa,” ujarnya, Kamis (2/1/2025).
Selain itu, penguatan regulasi dan sistem dalam proses penawaran umum dilakukan agar lebih efisien dan transparan.
Program lain yang dicanangkan mencakup pengembangan produk, infrastruktur, dan layanan baru, termasuk optimalisasi Efek Beragunan Aset (EBA) untuk mendukung likuiditas program 3 juta rumah.
“Kami siap mendorong sinergi untuk memperkuat skema dan ekosistem EBA,” tambah Mahendra.
Pasar modal juga memperluas produk berbasis lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG), serta mengembangkan bursa karbon. Hingga akhir Desember 2024, perdagangan bursa karbon mencatat volume transaksi 908 ribu ton CO2 ekuivalen dengan nilai total Rp50,64 miliar.
Selain itu, OJK juga fokus memperkuat peran anggota bursa dan manajer investasi (MI) melalui peningkatan kapasitas, tata kelola, serta keamanan teknologi informasi. Program ini bertujuan memperluas penetrasi produk pasar modal sekaligus memastikan perlindungan bagi investor.
Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati menegaskan komitmen pemerintah dalam mendukung pasar modal, termasuk melalui penyempurnaan regulasi keuangan dan implementasi pajak karbon.
“Kami akan menyelesaikan produk turunan UU P2SK untuk menciptakan pengaturan sektor keuangan yang lebih baik, inovatif, namun tetap menjaga tata kelola yang baik,” tegasnya.
Sri Mulyani juga menyoroti pentingnya edukasi pasar modal sejak dini.
“Jual beli saham seharusnya mulai diajarkan bukan hanya di tingkat mahasiswa, tapi juga sekolah dasar, agar masyarakat terbiasa dengan bursa efek,” katanya.
Meski Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 2,65 persen ytd ke 7.079,91 poin, kapitalisasi pasar meningkat 5,74 persen ytd menjadi Rp12,33 ribu triliun. Penghimpunan dana mencapai Rp259,24 triliun dari 43 emiten baru.
Selanjutnya, Reksa Dana mencatatkan AUM sebesar Rp840,6 triliun (naik 1,44 persen ytd), sementara dana melalui Securities Crowdfunding (SCF) mencapai Rp1,35 triliun dari 708 pelaku UKM.
Jumlah investor (SID) melonjak 22,21 persen ytd menjadi 14,8 juta, didominasi generasi muda di bawah 40 tahun sebesar 79 persen. (asp)