Aksi Seru Tradisi Mangaruhi, Tangkap Ikan Pakai Tangan Kosong Meriahkan FBIM 2025

Aksi Seru Tradisi Mangaruhi, Tangkap Ikan Pakai Tangan Kosong Meriahkan FBIM 2025

BALANGANEWS, PALANGKA RAYA – Suasana Festival Budaya Isen Mulang (FBIM) 2025 semakin meriah dengan digelarnya lomba tradisional Mangaruhi, sebuah warisan budaya suku Dayak yang unik dan penuh tantangan.

Lomba ini sukses menyedot perhatian penonton dengan aksi para peserta menangkap ikan menggunakan tangan kosong di kolam berlumpur. Lomba ini dilaksanakan di Halaman Stadion Tuah Pahoe, Palangka Raya, Senin (19/5/2025),

Mangaruhi merupakan salah satu tradisi Dayak dalam menangkap ikan tanpa alat bantu. Teknik kuno ini dilakukan di kolam dengan debit air setinggi 50 cm, berukuran 6 x 10 meter, berisi ikan gabus (behau) dan belut.

Keahlian, ketangkasan, dan keberanian peserta benar-benar diuji, karena selain berlomba menangkap ikan sebanyak-banyaknya, peserta juga harus bergelut di lumpur tebal.

Sebanyak 14 kabupaten/kota se-Kalteng ambil bagian dalam lomba ini, masing-masing mengirimkan regu putra dan putri, yang terdiri dari dua orang per regu.

Peserta berasal dari Kota Palangka Raya, Kabupaten Katingan, Pulang Pisau, Gunung Mas, Barito Selatan, Barito Timur, Barito Utara, Murung Raya, Kotawaringin Barat, Seruyan, Lamandau, Sukamara, dan Kapuas.

Lomba dibuka secara resmi oleh Kepala Bidang Kesenian, Tradisi dan Warisan Budaya Disbudpar Kalteng, sekaligus Sekretaris Panitia FBIM 2025, Sussy Asty.

Dalam sambutannya, ia menjelaskan bahwa lomba ini bukan sekadar kompetisi, tapi juga bagian dari upaya pelestarian tradisi Dayak.

“Tujuan dilaksanakannya lomba ini adalah untuk melestarikan cara tradisional menangkap ikan,” ujarnya.

Lebih jauh, Sussy berharap melalui event ini, semangat kebersamaan antar daerah bisa terbangun di tengah kemeriahan festival budaya.

“Meskipun berkompetisi dalam lomba, diharapkan terjalin kebersamaan antarkabupaten/kota sehingga bisa menyajikan atraksi seni serta dapat melestarikan seni budaya, permainan rakyat, dan olahraga tradisional yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah,” tambahnya.

Tiga juri berkompeten ditunjuk menilai jalannya lomba, yakni Suraji sebagai Ketua Juri, dengan anggota Hansli dan Rudi Waluyo.

Suraji turut memberi pesan kepada para peserta agar semangat budaya ini terus disebarkan ke masyarakat.

“Melalui lomba mangaruhi ini peserta diharapkan dapat mengedukasi masyarakat sekitar saat kembali ke daerah masing-masing,” pesannya.

Hasilnya, untuk kategori putra, Juara I diraih Kabupaten Barito Utara, disusul Sukamara di posisi II, Seruyan di posisi III, Pulang Pisau di posisi IV, Kapuas di posisi V, dan Kotawaringin Barat di posisi VI.

Sementara di kategori putri, Juara I dimenangkan oleh Kabupaten Murung Raya, diikuti Pulang Pisau, Katingan, Barito Timur, Lamandau, dan Kapuas.

Event penuh tradisi ini tak hanya menghibur, tapi juga menjadi ajang menjaga warisan budaya leluhur di tengah modernisasi yang terus berkembang di Kalimantan Tengah. (asp)