BALANGANEWS, PALANGKA RAYA – Asosiasi Media Saber Indonesia (AMSI) menggelar pelatihan Literasi Media selama dua hari di Palangka Raya, Kalimantan Tengah, sebagai upaya mendorong sekaligus menciptakan lebih banyak agen literasi media, terkhusus penangkal hoak atau kabar bohong yang banyak beredar di media sosial.
Materi-materi yang disajikan dan dipaparkan kepada para peserta arahnya pada penciptaan agen literasi digital dan media sesuai dengan profesinya masing-masing, kata salah seorang pemateri pelatihan Edy Purnomo di Palangka Raya, Rabu (25/5/2022).
“Kita juga ingin meningkatkan pemahaman bahwa membuat berita atau informasi hoak sangat mudah diciptakan serta disebarkan. Hoak ini kan jadi musuh bersam, tidak hanya pemerintah dan aparat, tapi juga seluruh lapisan masyarakat,” ucapnya.
Dirinya pun mengapresiasi antusias dan begitu semangatnya para peserta mengikuti pelatihan dari awal hingga akhir. Bahkan, dalam pelatihan ini ada sejumlah peserta menggagas dibuatnya forum atau group di Kalteng yang bertujuan menangkal hoak sekaligus meningkatkan literasi digital dan media.
Pengelola blog Tuban ini pun melihat bahwa gagasan membentuk forum tersebut menjadi bukti bahwa kesadaran masyarakat, terkhusus peserta pelatihan terhadap anti hoak sangat tinggi. Untuk itu, semua pihak yang ada di provinsi ini perlu memberikan terhadap upaya-upaya menangkal hoak.
“Peserta pelatihan ini kan banyak dan dari berbagai kalangan. Ada dari akademisi, guru, ASN dari instansi pemerintah di tingkat kota maupun provinsi, polisi, tentara, organisasi kemasyarakat dan kepemudaan serta lainnya. Jadi, memang patut untuk didukung,” kata Edy.
Sebelumnya, sejumlah peserta pelatihan Literasi Media menyatakan bahwa sangat tertarik dengan berbagai materi yang diberikan, terkhusus mengenai Dampak Media Sosial untuk pemahaman publik mengenai informasi, cara memahami dan mengetahui kabar bohong atau hoak serta algoritma media sosial.
Salah seorang peserta Pelatihan Literasi Media, Rahmawati mengatakan, cara menangkal hoak ini perlu diperkuat karena sangat sulit membedakan apakah informasi atau berita itu benar atau tidak.
“Saya termasuk aktif menggunakan media sosial, tapi terkadang masih kesusahan membedakan informasi itu benar atau tidak. Itu kenapa sangat perlu cara mencegah dan menangkal hoak terus diberikan,” kata dia.
Sementara itu, Guru di Al Amin Palangka Raya sekaligus peserta pelatihan, Windia mengatakan, kegiatan seperti ini sebenarnya perlu juga diberikan kepada para guru, agar lebih memahami seperti apa dampak baik dan buruknya media sosial bagi orang dewasa maupun anak-anak.
“Materi-materi yang disajikan dalam pelatihan ini kan banyak yang mengejutkan dan tidak banyak orang mengetahui. Itulah kenapa perlu juga diberikan kepada para guru agar dapat mengawasi dan mengarahkan para siswanya ke arah yang positif terkait penggunaan media sosial ini,” kata Windia. (asp)