Tanggul Alami Abrasi, Warga Minta Segera Direhab

Lahan yang terendam dikarenakan tanggul pembatas air laut mengalami abrasi akibat terkikis air laut

BALANGANEWS, PULANG PISAU – Luapan air laut yang terjadi di pantai Sangiang, Desa Papuyu III Sei Pudak, Kecamatan Kahayan Kuala, Kabupaten Pulang Pisau, membuat tanggul pembatas air laut di kawasan itu diduga mengalami abrasi akibat terkikis air laut. Warga setempat meminta agar pemerintah kabupaten segera melakukan rehab tanggul dengan kontruksi yang lebih tinggi.

“Iya benar, ini yang disampaikan warga di sana, mereka ingin tanggul yang ada direhab lagi dan dibangun lebih tinggi, sebab air laut semakin tinggi melampaui ketinggian tanggul pembatas air laut yang ada sekarang ini. Menurut laporan, tanggul juga mengalami abrasi akibat terkikis air laut,” ujar Anggota DPRD Kabupaten Pulang Pisau, Suhardi mewakili warga di Kecamatan Kahayan Kuala, Senin (1/6/2020) di Pulang Pisau.

Senada disampaikan Suhardi, salah seorang warga yang bercocok tanam di lokasi itu, Wardi mengatakan, ia berharap pemerintah daerah segera melakukan rehab terhadap tanggul penahan air laut tersebut.

“Kalau bisa segera direhab pak, supaya bisa mengurangi dampak banjir pada saat terjadi pasang tinggi, kasian petani seperti kami ini karena lahan kami terendam air sehingga tanaman kami menjadi rusak,” kata Wardi.

Sementara Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Kabupaten Pulang Pisau, Usis I Sangkai membenarkan kondisi tanggul pembatas air laut di Kecamatan Kahayan Kuala saat ini sudah tidak mampu menahan debit dan ketinggian air laut di kawasan itu. “Kami sudah menginstruksikan staf untuk meninjau lokasi di sana,” tukas Usis.

Berdasarkan laporan staf yang meninjau bersama pengamat pengairan di Kecamatan Kahayan Kuala menyebutkan, air pasang berasal dari pesisir pantai melewati tanggul sepanjang 1 kilometer yang saat ini mengalami abrasi akibat terkikis gelombang air laut yang cukup tinggi.

“Tanggul berada sekitar 400 meter dari pesisir, air kemudian masuk melalui saluran yang dibangun oleh kelompok tani asal Sulawesi secara swadaya untuk mengairi tambak mereka, panjang saluran 7 km dari pesisir pantai dengan lebar lahan rata-rata 400 meter,” kata Usis menyampaikan laporan staf dan pengamat pengairan yang melaporkan via WhatsApp, Senin (1/6/2020).

Menurut laporan pengamat pengairan, lanjut Usis, lahan pertanian Palawija yang terendam air pasang hanya berkisar 40-50 hektare saja. “Sebab dari 7 km lahan yang ada, hanya sekitar 5 km lahan Palawija yang masih produktif,” ujarnya.

Usis juga mengatakan bahwa bagi warga di sekitar pesisir pantai tidak mengalami banjir akibat luapan air laut ini. “Karena warga di sekitar pesisir pantai sudah membuat penahan banjir secara manual,” ucapnya.

Mengenai permintaan warga agar tanggul tersebut direhab, Usis menangapi positif. “Ya kita akan merehab tanggul pembatas air laut itu dengan membangun kontruksi yang lebih tinggi agar mampu menahan luapan air laut ketika mengalami pasang tinggi, mudah-mudahan tahun depan sudah bisa kita anggarkan,” tegas Usis. (nor)