Kadis TPHP Dorong Penggunaan Teknologi Pascapanen di Lahan Pasang Surut Kapuas

Whatsapp Image 2025 07 16 At 11.51.26 Am

BALANGANEWS, KUALA KAPUAS — Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah (Pemprov Kalteng) terus berupaya meningkatkan efisiensi dan produktivitas pertanian padi di kawasan lahan pasang surut, salah satunya melalui pemanfaatan teknologi pascapanen modern.

Hal ini disampaikan Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan (TPHP) Provinsi Kalteng, Rendy Lesmana, saat menghadiri kegiatan panen padi di Desa Terusan Makmur, Kecamatan Bataguh, Kabupaten Kapuas, Senin (14/7/2025) kemarin.

“Kegiatan pascapanen padi merupakan salah satu bagian upaya percepatan swasembada pangan di wilayah lumbung padi Kalimantan Tengah. Tidak hanya menjadi bagian dari upaya nasional dalam menciptakan kemandirian pangan, tetapi juga merupakan langkah nyata dalam memberdayakan petani lokal dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa,” ungkap Rendy.

Rendy menjelaskan, panen padi hibrida varietas Sembada dan Supadi di lahan seluas 3.800 hektare yang mencakup tiga desa, yakni Terusan Makmur, Terusan Karya, dan Terusan Mulya, menjadi momen penting bagi petani setempat.

Capaian produktivitas padi yang mencapai 6,5 ton per hektare di wilayah ini dinilai mampu memotivasi petani untuk terus meningkatkan hasil panen.

“Umumnya rata-rata produktivitas padi mencapai 5 ton per hektare. Capaian yang rendah di bawah 5 ton per hektare dipengaruhi oleh cara budidaya, kondisi lahan, jenis varietas maupun pupuk yang digunakan,” katanya.

Ia pun mengajak seluruh pihak untuk bersinergi dalam mewujudkan swasembada pangan nasional sekaligus membangun kemandirian daerah berbasis potensi lokal.

“Kita harus berkolaborasi antara petani, pemerintah, dan stakeholder. Mari kita wujudkan swasembada pangan nasional serta memastikan ketersediaan beras bagi lumbung pangan nasional, serta membangun kemandirian daerah berbasis potensi lokal,” bebernya.

Lebih lanjut, Rendy menerangkan, pemanfaatan alat modern seperti Combine Harvester menjadi solusi krusial dalam proses panen di lahan pasang surut. Mekanisasi panen ini, menurutnya, terbukti mampu meningkatkan efisiensi waktu dan menekan biaya produksi.

“Efisiensi waktu panen meningkat secara signifikan. Jika biasanya panen secara manual memerlukan waktu berhari-hari bahkan berminggu-minggu, Combine Harvester mampu menyelesaikan panen dalam hitungan jam untuk luasan yang sama,” jelasnya.

Di sisi lain, penggunaan teknologi pertanian modern juga dapat mengurangi potensi kehilangan hasil panen (losses) yang kerap terjadi saat proses panen manual.

Rendy menyebut, penggunaan Combine Harvester mampu menekan angka kehilangan hasil hingga di bawah 3 persen.

“Petani tidak lagi bergantung sepenuhnya dengan cara panen tradisional. Manfaat dan keunggulan teknologi sarana pascapanen tersebut, bukan hanya meningkatkan efisiensi dan produktivitas petani di lahan pasang surut, tetapi juga menjadi langkah konkret menuju modernisasi pertanian dan kemandirian pangan nasional,” tutupnya. (asp)