BALANGANEWS, PALANGKA RAYA – Dinas Perkebunan (Disbun) Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) terus mendorong pengembangan komoditas kakao sebagai salah satu potensi unggulan baru di sektor perkebunan.
Selain memiliki nilai ekonomi tinggi, kakao juga dinilai ramah lingkungan dan memiliki prospek pasar yang cerah, baik di dalam maupun luar negeri.
Kepala Disbun Provinsi Kalteng, H. Rizky Ramadhana Badjuri, mengatakan bahwa berbagai langkah dilakukan untuk mengenalkan kakao kepada masyarakat, terutama kalangan muda.
Salah satunya melalui kegiatan Lomba Kreatif Kakao, yang bertujuan menumbuhkan kecintaan generasi milenial terhadap komoditas unggulan Bumi Tambun Bungai tersebut.
“Salah satunya dengan mengadakan Lomba Kreatif Kakao yang bertujuan mengajak generasi muda agar lebih mengenal komoditas kakao. Kita juga mensosialisasikan kakao sebagai salah satu terobosan komoditas unggulan selain sawit,” kata Rizky baru-baru ini.
Ia menambahkan, langkah tersebut sejalan dengan arahan Gubernur Kalteng H. Agustiar Sabran yang meminta agar pengembangan sumber daya manusia (SDM) milenial di sektor perkebunan terus diperkuat.
“Sesuai arahan Gubernur Kalteng H. Agustiar Sabran, kami terus mendorong SDM milenial untuk mencintai dan mengembangkan kakao, agar dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan, budidayanya semakin meluas,” jelasnya.
Rizky menyebut, Dinas Perkebunan akan terus melakukan pendampingan bagi petani kakao agar pengelolaan budidaya dan pascapanen berjalan optimal. Melalui pelatihan dan pembinaan, petani diharapkan mampu mengolah hasil panen menjadi berbagai produk turunan bernilai tambah.
“Dinas Perkebunan akan terus melakukan berbagai pendampingan ke depan di bidang kakao, karena perjalanan pengembangannya masih panjang dan memerlukan dukungan berkelanjutan,” ujarnya.
Menurutnya, kakao memiliki prospek pasar yang menjanjikan, bahkan telah menarik minat sejumlah negara di Eropa terhadap produk kakao asal Kalimantan Tengah.
“Kakao memiliki prospek pasar yang cerah, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Permintaan dari negara-negara Eropa juga sudah ada untuk kakao asal Kalteng,” ungkap Rizky.
Selain nilai ekonomi, pengembangan kakao juga dinilai lebih ramah lingkungan dibandingkan komoditas lain seperti sawit, karena dapat ditanam di kawasan hutan atau perhutanan sosial tanpa merusak ekosistem.
Saat ini, Pemprov Kalteng memfokuskan pengembangan kakao di wilayah timur seperti Barito Utara, Barito Selatan, Barito Timur, dan Murung Raya, yang dinilai memiliki potensi besar untuk diperluas ke wilayah tengah dan barat.
“Kita juga memetakan lahan yang cocok, seperti tanah bertekstur lempung berpasir atau lempung liat, serta tidak tergenang air. Lahan seperti itu akan dimaksimalkan untuk pengembangan kakao ke depan,” tegasnya.
Dengan upaya berkelanjutan tersebut, Disbun Kalteng berharap lima hingga sepuluh tahun mendatang, Kalteng dapat menjadi salah satu sentra produksi kakao unggulan nasional, sekaligus membuka lapangan kerja baru bagi generasi muda di sektor perkebunan. (asp)










