Minimnya Kunjungan Ibu Balita ke Posyandu

IMG 20220901 182739
Heriyanto, SKM, MM

BALANGANEWS, KUALA KURUN – Upaya penanganan dan penurunan angka stunting di Kabupaten Gunung Mas (Gumas) terus dilakukan Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat. Salah satu dengan berupaya meningkatkan kesadaran ibu bayi dan balita untuk datang ke pos pelayanan terpadu (posyandu).

”Saat ini, kesadaran ibu bayi dan balita datang ke posyandu masih sangat minim. Penyebabnya karena kurang pemahaman mereka terhadap pentingnya datang ke posyandu,” ucap Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Gumas, Arnold Usup, SKM, MM, melalui Kabid Kesehatan Masyarakat Heriyanto, SKM, MM, Selasa (30/8/2022).

Untuk meningkatkan kesadaran tersebut, kata dia, Dinkes akan melakukan inovasi dengan mewajibkan ibu balita dan bayi mengisi buku Kartu Menuju Sehat (KMS), yang merupakan catatan grafik perkembangan anak dengan diukur berdasarkan umur, berat badan, dan jenis kelamin.

”Jadi buku KMS ini akan menjadi salah satu syarat memasukkan anak ke sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Dalam pelaksanaannya, kami akan melakukan Memorandum of Understanding (MoU) dengan Dinas Pendidikan, Kepemudaan, dan Olahraga (Disdikpora). Ini adalah inovasi jangka panjang,” tuturnya.

Selain itu, lanjut dia, inovasi lainnya adalah menggandeng lintas sektor, mulai dari instansi terkait, para tokoh masyarakat, agama, pemuda, dan lainnya untuk saling membantu serta gotong royong dalam meningkatkan kunjungan ibu bayi dan balita ke posyandu.

”Dalam upaya penanganan dan penurunan stunting, yang menjadi kendala kami adalah kunjungan ibu bayi dan balita ke posyandu sangat kurang. Rata-rata 15-20 persen saja dalam satu tahun,” ujarnya.

Sejauh ini, untuk data angka stunting di Kabupaten Gumas mengalami perbedaan. Data yang menggunakan Survey Status Gizi Indonesia (SSGI), angka stunting di Kabupaten Gumas tahun 2021 mencapai 35,9 persen. Sedangkan menurut data aplikasi elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) yakni 20,16 persen.

”Perbedaan yang jauh ini akan menjadi bahan evaluasi kami untuk mencari tahu dimana letak kesalahan. Untuk menyinkronkan data tadi, sudah direkrut delapan petugas enumerator melalui proses seleksi dari Poltekkes. Saat ini, mereka masih dalam tahapan pelatihan, dan nanti akan melaksanakan kegiatan SSGI di 67 blok sensus yang sudah ditetapkan,” terang Herianto.

Dia menuturkan, angka stunting di aplikasi e-PPGBM berasal dari data petugas gizi puskesmas yang bekerjasama dengan kader posyandu. Sedangkan dari SSGI, itu berdasarkan hasil pendataan dengan turun langsung ke lapangan.

”SSGI merupakan surver pengambil kebijakan nasional dalam rangka penurunan angka stunting. Sedangkan e-PPGBM sebagai intervensi pelaksanaan dalam penurunan angka stanting,” pungkasnya. (grd)