BALANGANEWS, PALANGKA RAYA – Kalangan DPRD Kalimantan Tengah (Kalteng) mendorong Pemerintah Provinsi (Pemprov) melalui Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah menggencarkan budaya literasi atau budaya baca bagi generasi muda di Bumi Tambun Bungai.
Pasalnya, hal tersebut bertujuan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) melalui buku, yang merupakan jendela informasi dalam rangka membangun wawasan serta penguatan daya ingat.
Hal ini disampaikan Sekretaris Komisi III DPRD Kalteng yang membidangi Kesejahteraan Rakyat (Kesra), Kuwu Senilawati, saat dikonfirmasi wartawan di gedung dewan, Jumat (9/7/2021).
Menurutnya, seiring berkembangnya teknologi di era revolusi digital, minat membaca masyarakat khususnya generasi muda sangat menurun karena kemudahan akses yang ditawarkan teknologi digital.
Kendati demikian, membaca buku secara langsung dinilai lebih efektif dalam membangun SDM yang berkualitas, memperkuat daya ingat hingga membangun pola pikir yang berintegritas, dibandingkan mendapat informasi secara daring.
“Biar bagaimanapun, membaca buku secara langsung jauh lebih baik dibandingkan membaca atau mendapat informasi melalui perangkat digital. Karena saking mudahnya diakses, akhirnya masyarakat kita malas untuk mengingat. Dan hal tersebut tentu akan berdampak buruk pada kinerja otak seperti menurunnya daya ingat, sehingga kita mendorong agar masyarakat khususnya generasi muda kembali menumbuhkan minat membaca buku,” ucapnya.
Wakil rakyat dari Daerah Pemilihan (Dapil) I meliputi Kabupaten Katingan, Gunung Mas (Gumas) dan Kota Palangka Raya ini juga mengatakan, Sarana Prasarana (Sapras) membaca bagi masyarakat telah disediakan pemerintah melalui perpustakaan daerah. Bahkan selain menyediakan sarana berupa buku, kini pemerintah juga telah mengembangkan teknologi berupa perpustakaan digital untuk masyarakat yang lebih berminat membaca menggunakan perangkat digital.
“Kita berharap dengan adanya perpustakaan daerah masyarakat khususnya generasi muda dapat menyenangi buku, meskipun di era perkembangan teknologi saat ini, pemerintah juga menghadirkan perpustakaan digital. Namun kalau misalkan lewat HP ada kecenderungan bukan buku yang dibaca, kalau begitu namanya menyenangi HP bukan buku dan informasi yang berada di dalamnya harus disaring terlebih dahulu. Tetapi lain halnya dengan buku yang merupakan ilmu pasti, karena telah dikaji para ahli dan diakui Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI),” ujarnya.
Politisi dari Fraksi Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Kalteng ini juga berharap agar pemerintah bisa berperan aktif dalam rangka menumbuhkan kembali minat baca masyarakat.
“Menumbuhkan minat baca tidak dapat dilakukan tanpa adanya dorongan yang kuat, baik dari diri sendiri maupun lingkungan di sekitar. Tetapi harus ada peranan aktif dari pemerintah untuk membuat terobosan baru agar minat baca masyarakat kembali meningkat, entah itu berupa promosi seperti bazar buku, hingga mengaktifkan kembali perpustakaan keliling,” pungkasnya. (ega)