Cerpen: Wawan dan Kehidupan Barunya

Ilustrasi (Sumber: guratgarut)

Pak Mahmud semakin dibuat pusing akibat ulah anak laki-lakinya yang selalu membuat onar di mana saja. Setiap hari Pak Mahmud dihadapi permasalahan demi permasalahan yang membuat kepalanya terasa berat. Dari yang ringan hingga yang luar biasa terjadi di depan matanya. Tak ada cara lain, Pak Mahmud pun mengirimkan anak semata wayangnya yang bernama Wawan itu ke sebuah pesantren yang terletak jauh di ujung kota. Dengan harapan baik, Pak Mahmud hanya menginginkan anaknya tumbuh menjadi orang baik dan menghindari segala perilaku yang tak terpuji.

Dengan berat hati dan rasa terpaksanya, mau tak mau Wawan harus mengikuti perintah dari ayahnya. Namun, hari pertama tinggal di pesantren, ia sudah membuat onar. Beberapa teman laki-lakinya babak belur karenanya. Hari pun berlanjut dan hal-hal buruk terus terjadi. Wawan belum juga berubah, ia justru menjadi sosok yang lebih buruk dari sebelumnya. Ketika setahun mengabdi di pesantren itu, ia memutuskan untuk pergi dan mencari kebebasan. Ia sudah tidak kuat dengan aturan yang harus dijalaninya.

Dalam perjalanan mencari suasana baru, Wawan pun bertemu dengan seorang pria renta yang tanpa sengaja tersungkur lemah di hadapannya. Dengan sedikit rasa iba, Wawan pun membantu pria tersebut agar mampu untuk kembali bangkit. Wawan bertanya kepada sang pria mengapa ia berada di tempat itu dalam keadaan yang sangat memprihatinkan. Dan dengan suara yang sangat lembut, pria tua itu mengatakan bahwa ia sedang mencari anaknya yang kurang lebih sudah sepuluh tahun menghilang. Terlihat telapak kaki pria itu membengkak tak beralas, wajah pucat pasinya kian tergambar tapi ia masih berusaha untuk tetap kuat dan pantang menyerah. Baginya, keinginan terbesarnya hanya satu; yaitu bertemu dengan anak kesayangannya.

Mendengar cerita memilukan itu,