Cerpen: Wawan dan Kehidupan Barunya

Ilustrasi (Sumber: guratgarut)

Wawan membulatkan tekadnya untuk kembali pada ayahnya hari itu. Ada banyak hal yang ingin diceritakannya dan ada banyak hal yang ingin disuarakannya untuk sang ayah. Beribu maaf juga ingin diungkapkannya. Kehidupan di pesantren sangatlah luar biasa, Wawan adalah orang baru dan memiliki kehidupan yang semakin berarti. Tak ada lagi perasaan hitam yang meluap-luap di hatinya. Ia telah berubah menjadi orang yang paling sabar dan suka memaafkan.

Sesampainya di rumah kediamannya, masih bersama dengan lekuk yang sempurna pada bibirnya, Wawan mulai memanggil ayahnya dan mencari keberadaan ayahnya di setiap sudut ruangan. Namun tak ada jawaban yang diterima oleh Wawan. Kembali Wawan mengulangi panggilannya, tapi tak jua terdengar suara dari sang ayah.

Hingga pada akhirnya, seorang tetangga mengatakan bahwa ternyata ayahnya sudah meninggal dunia, sehari setelah mengantarkan Wawan ke pesantren waktu itu. Sebelumnya, Pak Mahmud mengalami sakit berat dan ia melarang semua orang agar tidak memberikan berita itu kepada Wawan. Pak Mahmud khawatir, jika seandainya sakit yang ia derita membuat Wawan gagal dalam menjalani kehidupan barunya di pesantren.

Ternyata, keinginan Wawan selama ini untuk segera bertemu dengan ayahnya, meminta maaf kepada ayahnya dan menceritakan hal baik kepada ayahnya sudah terlebih dahulu diketahui oleh sang ayah. Tersebab, sang ayah sudah melihatnya dari tempat terindah dan menciptakan senyuman untuknya. Untuk kehidupannya yang baru, untuk dirinya yang lebih baik.

Cerita itu mengantarkan Wawan pada kehidupan yang semakin penuh makna, penyesalannya, air matanya tak tertahankan setiap kali ia mengingat cinta sang ayah untuknya. Jika Wawan belum sempat membahagiakan ayahnya di dunia, namun ia berharap agar mampu membahagiakan ayahnya di alam sana. Cinta ayah tak nampak tapi nyata, cinta ayah luar biasa dengan beribu perjuangan yang tak kasat mata. Wawan pun berterima kasih kepada ayahnya di setiap saat.