Museum Balanga Kalteng Lakukan Ritual Mamapas Manyadingen Ramu

Whatsapp Image 2023 10 17 At 2.00.36 Pm

, PALANGKA RAYA – Dinas dan Pariwisata () Provinsi melalui UPT Museum Balanga melalukan Ritual Mamapas Manyadingen Ramu, di UPT. Museum Balanga Kalteng, Jl. Tjilik Riwut Km. 2,5 Palangka Raya, Senin (16/10/2023).

Kepala UPT. Museum Balanga Kalimantan Tengah, Hartini Titin mengatakan, ritual mamapas manyadingen ramu ini bertujuan untuk membersihkan dan mendinginkan benda-benda pusaka , seperti balanga, guci, tombak, , sapundu, piring, sangku dan benda-benda leluhur suku dayak lainnya yang sarat akan dan budaya suku dayak, yang ada di museum tersebut dari pengaruh-pengaruh negatif.

“Ritual ini merupakan kegiatan rutin yang dilakukan setiap tahun oleh Museum Balanga, bertujuan untuk mamapas atau membersihkan dan manyadingen atau mendinginkan ramu berupa benda-benda pusaka dan tempat atau lokasi,” ucapnya.

Hartini membeberkan, ritual ini sangat penting dilakukan untuk Museum Balanga, hal ini dimaksudkan untuk membersihkan dan mensucikan benda-benda pusaka yang ada di tempat tersebut.

“Supaya tidak mempengaruhi dan mengganggu baik pengunjung maupun pegawai-pegawai yang ada di sini,” ucapnya.

Sementara itu, Pamong Budaya Disbudpar Provinsi Kalteng, Gauri Vidya juga menjelaskan, bahwa Mamapas dan manyadingen ramu ini bisa ditetapkan sebagai warisan budaya Indonesia yang memiliki nilai-nilai penting, terutama saat kita bicara toleransi.

“Toleransi dalam ritual ini dimanifestasikan saat penyembelihan hewan kurban. Walaupun kegiatan ini dilaksanakan oleh tokoh-tokoh adat Kaharingan, namun mereka menyiapkan hewan penyembelihan sesuai dengan syariat, yang tujuannya agar saat kurban tersebut dimasak dan disajikan, orang muslim bisa mencicipinya,” jelasnya.

Menurut Gauri, tidak semua penyelenggaraan tersebut menjadi ekslusifnya Hindu Kaharingan, tetapi di dalamnya ada nilai-nilai toleransi yang ditonjolkan, karena yang hadir nanti dari lintas agama, sehingga tidak lagi bicara kegiatan ini milik Hindu Kaharingan saja.

“Sehingga menjadi hal penting, mengapa mamapas lewu menjadi warisan budaya dan benda Indonesia. Walaupun dia milik dan diselenggarakan oleh Hindu Kaharingan, tetapi bisa dihadiri dan diikuti oleh pemeluk dari agama lain,” ungkapnya. (asp)