Hari Lingkungan Hidup se-Dunia: Selamatkan Kalteng Dari Bencana Ekologis

WALHI Kalteng menggelar aksi pembentangan spanduk di areal yang berdekatan dengan bekas Karhutla di Jembatan Bukit Rawi. Aksi ini digelar untuk memperingati Hari Lingkungan Hidup se-Dunia. (Foto: Walhi Kalteng)

BALANGANEWS, – Hari Lingkungan Hidup se-Dunia adalah momen yang penting untuk bisa merenungkan hubungan dengan alam sekitar. Setiap tahun pada tiap 5 Juni adalah momen yang baik untuk meningkatkan kesadaran tentang perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup.

Direktur Eksekutif WALHI Kalimantan Tengah (), Bayu Herinata menyampaikan pesan kritis sebagai bentuk refleksi pada peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia tahun 2024 ini.

Berdasarkan hasil rekapitulasi data dan analisis terkait penguasaan ruang di Kalteng oleh WALHI Kalteng pada periode 2022-2023 terdapat adanya kenaikan perluasan perizinan korporasi sumber daya alam.

“Penguasaan lahan untuk perkebunan di Kalteng pada periode 2022-2023 mengalami kenaikan yang cukup signifikan yakni seluas ± 245.556 hektare,” ucapnya, Rabu (5/6/2024).

Kemudian, tahun 2022 diketahui luas Tutupan Lahan Hutan Tanaman di Daerah Aliran Sungai seluas 182.341 hektar. Luas Tutupan Perkebunan di Daerah Aliran Sungai seluas 2.044.290 hektar dan Luas Tutupan di Daerah Aliran Sungai seluas 169.350 hektar.

Selanjutnya, bencana ekologis seperti yang terjadi di sepanjang tahun 2023-2024 telah merendam sebagian besar wilayah kabupaten yang ada di Kalteng. Banjir bukan hanya terjadi pada wilayah yang menjadi langganan banjir tapi juga meluas ke wilayah yang sebelumnya tidak pernah terjadi banjir, dan juga adanya peningkatan ketinggian banjir.

Selain banjir, bencana ekologis lainnya juga seperti masih berulangnya terjadi kebakaran hutan dan lahan di Kalteng, yang kemudian menimbulkan serta adanya korban yang mengidap penyakit .

“Berdasarkan pemantauan WALHI Kalteng selama periode Januari-Oktober 2023 menggunakan Citra Sentinel Landsat Band 8, data hotspot VIIIRS/NOAA dan hasil monitoring lapangan di beberapa wilayah, kejadian berada di lokasi kabupaten kota yang hampir sama dengan tahun sebelumnya dengan luas indikatif kebakaran hutan dan lahan di kawasan ekosistem gambut seluas ± 243.983 hektar,” jelas Bayu.

Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi pada tahun 2023 lalu juga mengakibatkan bencana ekologis berupa polusi asap, yang mengakibatkan kualitas udara di Provinsi Kalteng masuk ke dalam kategori berbahaya.

“Kemudian, sebagai akibat dari pencemaran udara asap Karhutla peningkatan kasus masyarakat menderita penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA). Hal tersebut sesuai dengan data Dinas Provinsi Kalteng menyebutkan pada tahun 2023 terjadi kenaikan ISPA sebanyak 72% atau 15.213,” tambahnya.

Bayu membeberkan, salah satu upaya yang dilakukan oleh WALHI Kalteng, dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia kali ini, yaitu dengan memberikan seruan untuk menggalang kesadaran semua pihak untuk bisa kembali melihat bahwa Kalteng hari ini sedang tidak baik-baik saja dalam hal bencana ekologis.

Bencana ekologis ini yang menjadi ancaman serius baik untuk lingkungan serta bagi kehidupan rakyat.

“Kita mengajak seluruh masyarakat untuk lebih aktif dalam menjaga lingkungan serta mengkritisi segala macam bentuk kebijakan yang menyumbangkan kerusakan ekologis dari berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah maupun aktifitas perusahaan-perusahaan industri ekstraktif di Kalimantan Tengah,” ajar Bayu.

Selaras dengan Bayu, Janang Firman Palanungkai selaku Manager Advokasi, Kampanye, dan Kajian WALHI Kalteng, menambahkan bahwa saat ini Kalteng, sudah pada tahap darurat ancaman rusaknya daya tampung dan daya dukung lingkungan yang berujung terjadinya bencana ekologis terus menerus.

Dampak atas terjadinya bencana ekologis ini, tambahnya, tidak terlepas dari kerusakan serta perubahan tutupan hutan dan daerah aliran sungai yang begitu signifikan.

“Hal tersebut diakibatkan kebijakan tata ruang yang semakin semrawut dan didukung banyaknya aktifitas korporasi di Kalimantan Tengah yang menimbulkan terjadinya deforestasi dan kerusakan lingkungan,” tandasnya. (asp)