Harga Cabai dan Bawang Turun, Kalteng Catat Deflasi 0,53 Persen pada Mei 2025

Whatsapp Image 2025 06 02 At 2.28.22 Pm
Kepala BPS Kalteng, Agnes Widiastuti, didampingi Staf Ahli Gubernur Kalteng Bidang Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan, Yuas Elko

BALANGANEWS, PALANGKA RAYA – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) mencatat, pada Mei 2025, Kalteng mengalami deflasi sebesar 0,53 persen secara month to month (m-to-m).

Hal ini menempatkan Kalimantan Tengah di posisi ke-12 deflasi terdalam secara nasional. Sementara secara year on year (y-on-y) nflasi tercatat 0,46 persen dan secara tahun kalender (y-to-d) sebesar 0,76 persen.

Kepala BPS Kalteng, Agnes Widiastuti, menyampaikan bahwa beberapa komoditas menjadi penyumbang utama terjadinya deflasi bulan Mei ini.

“Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi bulanan antara lain Cabai Rawit sebesar 0,21 persen, Ikan Gabus 0,17 persen, Bawang Merah 0,05 persen, serta beberapa jenis ikan, sayuran, dan daging ayam ras,” jelas Agnes.

Meski begitu, lanjutnya, terdapat beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga atau inflasi, seperti Tomat, Tarif Pulsa Ponsel, dan Emas Perhiasan masing-masing dengan andil 0,02 persen.

Secara spasial, lanjut Agnes, keempat kabupaten/kota Indeks Harga Konsumen (IHK) di Kalimantan Tengah seluruhnya mengalami deflasi.

Rinciannya, Kabupaten Kapuas mencatat deflasi tertinggi sebesar 1,43 persen, disusul Sampit 0,08 persen, Sukamara 0,27 persen, dan Palangka Raya 0,15 persen.

Fenomena yang menyebabkan deflasi di Mei 2025 antara lain turunnya harga Cabai Rawit akibat melimpahnya pasokan dari panen lokal dan kiriman luar daerah seperti Jawa dan Banjarmasin.

Sementara Bawang Merah juga mengalami penurunan harga seiring dengan panen raya di wilayah sentra produksi seperti Brebes dan Bima.

Di sisi lain, harga Emas Perhiasan terus mengalami peningkatan, dipengaruhi oleh kenaikan harga emas dunia dan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.

“Kondisi ini menjadi catatan penting dalam pergerakan inflasi daerah, khususnya sektor bahan pangan yang sangat dipengaruhi musim panen dan distribusi pasokan,” pungkas Agnes. (asp)