Maret 2022, Impor Kalteng Naik 6,11 Persen

IMG 20220301 WA0014
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), Eko Marsoro

BALANGANEWS, PALANGKA RAYA – Selama Maret 2022, nilai impor Kalimantan Tengah mencapai US$2,78 juta atau naik sebesar 6,11 persen dibanding bulan Februari 2022 yang tercatat US$2,62 juta. Namun, volume impor Kalimantan Tengah mengalami penurunan pada Maret 2022, yaitu turun sebesar 11,92 persen (0,64 ribu ton), dari 5,37 ribu ton pada Februari 2022 menjadi 4,73 ribu ton pada Maret 2022.

Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala BPS Kalteng, Eko Marsoro didalam rilisnya mengenai Perkembangan Perdagangan Luar Negeri Provinsi Kalimantan Tengah Maret 2022 belum lama ini.

Eko menjelaskan, meningkatnya nilai impor ini disebabkan oleh naiknya impor non migas senilai US$1,61 juta atau sebesar 536,67 persen. Sementara itu, impor migas mengalami penurunan sebesar US$1,45 juta, dari US$2,32 juta pada Februari 2022 menjadi US$0,87 juta pada Maret 2022.

“Peningkatan impor di Kalimantan Tengah dikarenakan meningkatnya impor hasil industri dari kelompok pupuk (kalium klorida) dan kelompok berbagai produk kimia (katalisator),” ucapnya.

Selain itu, Eko menerangkan Impor hasil industri meningkat sebesar 536,67 persen, dari US$0,30 juta pada Februari 2022 menjadi US$1,91 juta pada Maret 2022. Disisi lain, impor migas mengalami penurunan sebesar 62,50 persen, dari US$2,32 juta pada Februari 2022 menjadi US$0,87 juta pada Maret 2022.

“Menurunnya impor migas didorong oleh menurunnya impor hasil minyak berupa komoditas bahan bakar mineral (aspal),” sambungnya.

Sementara itu, Diterangkan Eko, Impor Kalimantan Tengah selama Maret 2022 utamanya berasal dari empat negara, yaitu Laos, Singapura, Jerman dan Saudi Arabia.

“Impor dari Laos berupa pupuk dalam bentuk kalium klorida, impor dari Singapura berupa bahan bakar mineral dalam bentuk aspal, sedangkan impor dari Jerman dan Saudi Arabia berupa berbagai produk kimia dalam bentuk katalisator,” jelas Eko.

Dibanding Februari 2022, peningkatan nilai impor terbesar berasal dari Laos senilai US$1,39 juta dalam bentuk pupuk kalium klorida. Sementara itu, penurunan terbesar terjadi pada Singapura sebesar 62,50 persen dan negara lainnya 100,00 persen (tidak adanya kegiatan impor yang berasal dari negara lainnya pada Februari 2022). (asp)