Kalteng Alami Deflasi pada Oktober 2022, TPID Lakukan Evaluasi

Alami2

BALANGANEWS, PALANGKA RAYA – Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) lakukan rapat evaluasi terhadap hasil rilis Badan Pusat Statistik (BPS) terkait inflasi Kalteng bulan Oktober 2022, bertempat di Ruang Rapat Bajakah, Kantor Gubernur Kalteng, Rabu (2/11/2022).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa Provinsi Kalimantan Tengah mengalami deflasi sebesar 0,04 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 115,18, dengan sumbangan Volatile Food (VF) -0,06 persen, Core Inflation (CI) 0,07 persen dan Administered Price (AP) -0,06 persen.

Rapat evaluasi ini dipimpin langsung oleh Staf Ahli (sahli) Gubernur Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan Yuas Elko dan dihadiri oleh Deputi Kepala Perwakilan BI Provinsi Kalteng, Magfur serta pihak terkait lainnya.

Kepala Perwakilan BI Provinsi Kalteng, Magfur dalam kesempatan tersebut mengatakan, Kalteng mengalami deflasi pada Oktober 2022 sebesar 0,04 persen, tetapi ada beberapa komoditas juga yang menyumbang inflasi, yaitu salah satunya komoditas beras, sebesar 0,02 persen.

“Serangan hama tungro menyebabkan terjadinya kegagalan pada beberapa sentra produksi padi sehingga mendorong inflasi pada komoditas beras sebesar 0,02%, sementara banjir di daerah Barito Utara, Lamandau, Pulang Pisau, dan Kapuas mengakibatkan hambatan distribusi kacang panjang. Daging ayam meningkat akibat harga pakan yang meningkat,” jelasnya.

Magfur menambahkan, memasuki akhir bulan Oktober, beberapa komoditas yang sempat stabil mengalami sedikit peningkatan, seperti bawang merah, beras, dan telur ayam. Hal tersebut katanya, diakibatkan oleh bencana banjir di beberapa kabupaten di Kalteng sehingga menghambat jalur distribusi serta menggenangkan beberapa area lahan persawahan.

Selain itu, jelasnya, bahwa cabai rawit, cabai merah dan bawang putih terus menurun seiring dengan peningkatan stok dan masa panen di Jawa. Daging sapi dan daging ayam juga turut stabil dikarenakan upaya operasi pasar murah dan pasar penyeimbang.

“Berdasarkan data inflasi Kalimantan Tengah dari bulan Januari hingga Oktober, Bahan Bakar Rumah Tangga merupakan komoditas yang paling sering menjadi 10 besar penyumbang inflasi, dengan andil inflasi yang cukup besar yakni 0,07 persen. Hal ini juga disusul dengan komoditas beras yang memiliki komoditas dengan rata-rata andil terbesar, dan cukup sering menjadi penyumbang inflasi terbesar, yaitu sebanyak 7x dari 10 bulan terakhir,” imbuhnya.

Untuk itu, sambung Magfur, perlu adanya fokus quick wins pengendalian inflasi jangka pendek yang dilakukan oleh TPID Kalteng, yaitu dengan menyelenggarakan operasi pasar dan pasar penyeimbang agar menjaga harga-harga komoditas yang sudah turun tidak naik lagi.

“Sedangkan untuk jangka panjangnya, perlu didorong pergerakan struktural ke arah pasokan. Hal ini dapat diwujudkan melalui Kerjasama Antar Daerah (KAD) bersama daerah sentra penghasil komoditas pangan untuk menjamin ketersediaan pasokan. Selain itu juga dapat didorong pendirian sentra-sentra komoditas yang persisten menyumbang inflasi khususnya pada kelompok Volatile Food (pangan bergejolak),” pungkas Magfur.

Sebelumnya, Kepala BPS Provinsi Kalteng, Eko Marsoro mengatakan, ada beberapa komoditas yang memberikan sumbangan deflasi pada Oktober 2022, yaitu antara lain angkutan udara, bawang merah, minyak goreng, cabai rawit, ikan tongol/ikan ambuambu, telur ayam ras, emas perhiasan, tomat, cabai merah, dan telepon seluler.

Selain itu, katanya, ada juga komoditas yang memberikan sumbangan inflasi pada Oktober 2022, antara lain beras, kacang panjang, rokok kretek, daging ayam ras, kangkung, pisang, mie, bensin, ketimun, dan semangka. (MMC/asp)