Mahasiswa KKN UPR Berikan Pelatihan Pembuatan Eco-Enzyme

IMG 20230828 WA0072

, KAPUAS – Limbah saat ini masih menjadi masalah utama bagi masyarakat. Tak terkecuali bagi warga Desa Bajuh, Kabupaten Kapuas. Limbah yang ada terbagi menjadi limbah organik dan non-organik, limbah organik berupa sisa sayuran, buah, makanan ini dapat diolah Kembali menjadi produk yang menyimpan banyak manfaat.

Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Universitas (UPR) Kelompok 118 yang ada di Desa Bajuh, Kecamatan Kapuas Tengah, Kabupaten Kapuas turut serta dalam membantu Masyarakat desa untuk dapat memanfaatkan limbah organik yang ada disekitar.

Didampingi oleh Dosen Pembimbing Lapangan Dr. Aprianto, M.Pd, mahasiswa KKN di Desa Bajuh berinisiatif untuk melakukan pelatihan pembuatan eco-enzyme dan sosialisasi rumah amfibi dengan mengajak siswa SMPN 1 Kapuas Tengah Satu Atap untuk membantu mengatasi permasalahan terkait di Desa Bajuh.

Anggota kelompok 118 , Regina selaku pemateri dalam kegiatan pelatihan pembuatan eco-enzyme menyampaikan, organik biasanya hanya dibiarkan menumpuk begitu saja, menjadi sampah yang merusak pemandangan, dikerumuni lalat hingga menjadi sumber terjadinya penyakit.

“Oleh karena itu, kelompok 118 bermaksud menyelesaikan permasalahan sampah organik ini dengan memanfaatkannya menjadi eco enzyme,” ucapnya, Senin (28/8/2023).

Ia menuturkan, hanya dengan memanfaatkan sederhana, sampah organik berupa kulit buah dan sayuran dapat dimanfaatkan menjadi produk ramah lingkungan (eco enzyme) yang kaya akan manfaat seperti sebagai cairan pencuci piring, cairan pembersih lantai, pupuk tanaman dan berbagai manfaat lainnya.

“Harapannya dengan melakukan pelatihan pembuatan eco-enzyme ini, siswa dan masyarakat dapat membuat sendiri eco-enzyme di rumah dan memanfaatkannya sebaik mungkin sehingga membantu mengurangi sampah organik dan menciptakan lingkungan yang bersih dan nyaman,” ungkapnya.

Selain itu, di tempat yang sama juga dilaksanakan sosialisasi rumah amfibi anti . Dalam sosialisasi rumah amfibi atau apung ini, Jesica memaparkan, bagaimana cara kerja rumah amfibi dan bagaimana hal itu bisa membantu untuk menanggulangi dampak banjir yang terjadi ketika air sungai pasang.

“Sosialisasi rumah amfibi/apung ini menurut saya bisa menjadi alternatif solusi masalah banjir yang terjadi di Desa Bajuh,” ujarnya.

Menurutnya, penyebab utama sering terjadinya banjir di Desa Bajuh dikarenakan area permukimannya yang berada di bantaran sungai dan memiliki jenis lahan yang basah.

“Bantaran sungai bukan tempat yang cocok untuk sebuah permukiman. Namun apabila memang terdapat permukiman di area bantaran sungai, hendaknya permukiman tersebut memiliki rumah yang bersahabat dengan air,” pungkasnya. (asp)