BALANGANEWS, PALANGKA RAYA – Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) mencatat deflasi sebesar 0,54 persen secara month-to-month (m-to-m) dan tahun kalender (year-to-date/y-to-d) pada Januari 2025.
Sementara itu, secara year-on-year (y-on-y), Kalteng masih mengalami inflasi sebesar 0,28 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kalteng, Agnes Widiastuti, menjelaskan bahwa deflasi Kalteng pada Januari 2025 tidak sedalam rata-rata nasional. Selain itu, tingkat inflasi tahunan di Kalteng juga lebih rendah dibandingkan rata-rata nasional.
“Posisi deflasi secara m-to-m dan y-to-d di Kalteng tidak sedalam nasional, sementara inflasi y-on-y Kalteng juga lebih rendah dari rata-rata nasional,” ujar Agnes, Senin (3/2/2025).
Deflasi bulanan di Kalteng didorong oleh penurunan harga sejumlah komoditas. Komoditas yang memberikan andil terbesar terhadap deflasi adalah tarif listrik sebesar 1,52 persen.
Kemudian bawang merah dan ikan nila masing-masing sebesar 0,03 persen, serta omat dan ikan peda masing-masing sebesar 0,02 persen.
“Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi bulanan di hampir seluruh kabupaten/kota, yaitu tarif listrik dan bawang merah,” jelas Agnes.
Meskipun secara umum terjadi deflasi, beberapa komoditas mengalami kenaikan harga dan memberikan andil terhadap inflasi bulanan, di antaranya daging ayam ras sebesar 0,29 persen, cabai rawit sebesar 0,21 persen.
Selanjutnya, ikan gabus sebesar 0,16 persen, cabai merah sebesar 0,04 persen, dan bensin sebesar 0,03 persen.
“Komoditas seperti daging ayam ras, cabai rawit, dan ikan gabus memberikan andil inflasi bulanan di hampir seluruh kabupaten/kota,” tambah Agnes.
Secara tahunan, beberapa komoditas menjadi pendorong utama inflasi di Kalteng, yaitu emas perhiasan, ikan gabus, Sigaret Kretek Mesin (SKM), cabai rawit dan inyak goreng.
“Komoditas ini memberikan andil inflasi year-on-year di seluruh kabupaten/kota,” ungkap Agnes. (asp)