BALANGANEWS, PALANGKA RAYA – Wayan Supadno menyampaikan, rasanya sudah terlalu sering dirinya dapat pertanyaan dari kawula muda yang mau mengawali jadi pelaku agrbisnis. Baik itu pertanian, peternakan ataupun industri hilirnya. Dikatakannya, tentu ia hanya bisa menjelaskan sesuai pengalamannya.
“Kurang lebih pertimbangan saya skala prioritas adalah, pertama mudah dijual (marketable) artinya saya harus memastikan memilih bisnis yang mudah dipasarkan. Walaupun tidak mutlak harus kontrak sebelumnya dengan pasar. Sebaliknya, sungguh pekerjaan sia-sia belaka jika saatnya panen (produksi) justru tidak laku terjual. Jadinya tiada kan pernah kembali modal. Apalagi laba,” jelas dia.
Lanjutnya, kedua agroklimat, dalam kecocokan antara komoditas dan agroklimat hal penting. Agar mulus proses suksesnya dengan harga pokok produksi (HPP) rendah.
“Tiadakan mungkin bisa bersaing di pasar jika HPP tinggi akibat agroklimat tidak benar. Sederhananya, pasti akan lucu menanam kelapa di atas gunung 1.500 dpl. Karena tiada berbuah,” tambahnya.
Kemudian yang ketiga fisibelitas, ini hal utama jadi pertimbangan agar sesuai harapan hasilnya. Akibat semuanya relatif terukur dengan baik. Mulai modal, HPP, laba dan kapan kembali modal (ROI). Akan sangat melelahkan jika kegiatan belum usai tapi dana sudah habis. Ibaratnya membangun rumah besar belum diatapi tapi dana habis. Lebih baik rumah biasa saja dan terukur, tapi bisa tuntas menyenangkan.
Keempat, rendah resiko, ini juga tiada kalah pentingnya. Apapun kegiatan usaha pasti ada resikonya. Bahkan tidur pun bisa resiko kebablasan lalu mati. Dicari yang minimal. Baik itu resiko dari hama, penyakit, sosial, kondisi makro dan alam.
Akan bisa sakit hati jika ditanam bertahun-tahun ditunggu buahnya. Tapi saat berbuah dikeroyok duluan oleh hama, penyakit dan pencuri. Atau kalau itu ternak selalu anak ternaknya dimangsa binatang buas. Akibat tanpa kajian resiko. Ini semua mesti diantisipasi.
“Kelima, layak didanai bank (bankable), sekalipun tidak memakai dana bank, tetap penting adanya kajian ini. Guna jadi kontrol memastikan dari sudut pandang ekonomi usaha termasuk sehat. Antisipasi jika saatnya mau ekspansi. Cermin dan timbangan diri hal penting. Itulah ilustrasinya. Agar tepat yang dipakai, jadinya enak disandang dan enak pula dipandang pihak lain. Pendapat eksternal independen bisa mengurangi subjektivitas, meningkatkan obyektivitasnya,” tutupnya. (rmi)