BALANGANEWS – Meski sudah hampir 40 tahun sejak pertama kalinya penyakit ini ditemukan, masih banyak mitos seputar HIV/AIDS yang beredar di masyarakat dan perlu diluruskan. Dengan mengetahui fakta di balik mitos-mitos tersebut, kita bisa lebih bijak menyikapi penyakit ini.
Dokter Irene Cindy Sunur dari Alodokter menjelaskan, virus HIV menyerang sel limfosit dan sel makrofag dalam tubuh manusia. Kedua jenis sel ini berfungsi sebagai pertahanan tubuh. Ketika keduanya rusak karena infeksi virus HIV, daya tahan tubuh akan menjadi sangat lemah, sehingga bakteri, jamur, dan virus lainnya dapat dengan mudah menyerang.
HIV Belum Tentu AIDS?
Pada awalnya, penderita HIV tidak menunjukkan gejala yang spesifik. Gejala awal HIV bisa berupa demam ringan, ruam kulit, nyeri sendi, dan pembesaran kelenjar getah bening. Setelah itu, penderita HIV biasanya tidak menunjukkan gejala apa-apa sampai daya tahan tubuhnya menjadi sangat lemah.
Kondisi serius di mana seseorang yang telah terinfeksi HIV mulai mengalami berbagai penyakit infeksi akibat lemahnya daya tahan tubuh disebut AIDS (acquired immunodeficienty syndrome).
Bila penderita HIV tidak menjalani pengobatan, infeksi virus HIV dapat berkembang menjadi AIDS dalam waktu 10-15 tahun. Penderita AIDS biasanya mengalami penurunan berat badan yang signifikan, demam dan diare berkepanjangan, serta berbagai gejala infeksi berat lainnya.
Mitos yang Keliru tentang HIV/AIDS
Banyak sekali mitos HIV/AIDS yang tidak sepenuhnya benar, bahkan sangat keliru. Hal ini bisa menyebabkan pencegahan HIV/AIDS menjadi kurang efektif, serta membuat penderitanya mendapat stigma buruk dan dikucilkan.
Beberapa mitos keliru yang banyak beredar di masyarakat tentang HIV/AIDS adalah:
1. Seseorang dapat tertular virus HIV bila berdekatan dengan penderita HIV/AIDS
Kenyataannya, virus HIV tidak ditularkan hanya karena seseorang berada dalam jarak dekat atau bernapas di ruang yang sama dengan penderita HIV/AIDS.